This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 27 Mei 2016

Makalah Penalaran induksi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu.
Penalaran dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum[1].
Pada topik ontologi ilmu telah dijelaskan bahwa pada dasarnya hakikat ilmu adalah objek bahasannya yang empiris terdapat dalam kegiatan keseharian,dapat diamati (dipotret,dividco) yang karenanya lingkup ilmu pengetahuan adalah hal-hal yang dapat diukur (measurable),dan dapat diamati (observable). Objek empiris dari ilmu adalah mengandung gejala yang memiliki keserupaan yang satu dengan yang lain,karenanya pula dapat diidentifikasi kecendrungan-kecendrungan dari gejala yang diamati.Melalui metode penelaahan yang cermat,maka dapatlah disusun teori yang tingkat kebenaran (logika)nya yang memiliki probabilitas kebenaran yang tinggi,sejauh tidak tedapat bukti baru yang membantahnya.

B.     Manfaat dan Tujuan
Manfaat yang bias kita ambil dari makalah ini yaitu:
a.       Mahasiswa bisa memahami tentang penalaran
b.      Bisa mengetahui tentang penalaran induktif
c.       Bisa mengetahui tentang bentuk bentuk, prinsip penalaran induktif
d.      Bisa mengetahui generalisasi dan analogi induktif
Makalah ini bertujuan untuk:
1.      menjelaskan tentang  pengertian penalaran induksi
2.      Menetaui prinsip-prinsip dalam penalaran induksi  
3.      Mengetahui tentang generalisasi induksi
4.       Dan mengetahui tentang analogi induksi.
C.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian penalaran induksi
2.      Prinsip-prinsip  penalaran induksi
3.      Generalisasi induksi dan Analogi induksi


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian penalaran induksi
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan atau merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karateristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Penalaran adalah sebuah proses berpikir secara logis untuk meneliti dan memahami suatu kejadian yang akan berakhir pada sebuah penarikan kesimpulan dan konsep. Suriasumantri, J.S. menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan dan mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Adanya penggunaan penalaran merupakan proses berpikir yang perlu diajarkan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah.
Menurut R.G. Soekadijo penalaran adalah suatu bentuk pemikiran2. Adapun Suhartoyo Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi memberikan definisi penalaran sebagai berikut  “Penalaran adalah proses dari budi manusia yang berusaha tiba pada suatu keterangan baru dari sesuatu atau beberapa keterangan lain yang telah diketahui dan keterangan yang baru itu mestilah merupakan urutan kelanjutan dari sesuatu atau beberapa keterangan yang semula itu.” Mereka juga menyatakan bahwa penalaran menjadi salah satu kejadian  dari proses berfikir. Pengertian mengenai berpikir yaitu, “Berpikir atau thinking adalah serangkaian proses mental yang banyak macamnya seperti mengingat-ingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghafal, menghitung dalam kepala, menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau mengira-ngira berbagai kemungkinan3[2].
Menurut wikipedia, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran sangat erat kaitannya dengan berpikir dan logika. Sadar atau tidak,dalam hidup ini kita selalu berpikir. Kegiatan berpikir yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam hubungan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk menghasilkan suatu kesimpulan ini lah yang kita katakan sebagai proses bernalar. Penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang penalaran induktif terlebih dulu.
Kegunaan dari Penalaran
  1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
  2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
  3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
  4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
  5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
  6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
  7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
  8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Filsuf pada zaman keemasan Yunani,Aristoteles menyatakan bahwa proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal,disebut sebagai pola penalaran induksi. Disitu premisnya berupa proposisi-proposisi singular,sedangkan konklusinya sebuah proposisi universal,yang berlaku secara umum.
Menurut John Stuart Mill, induksi sebagai kegiatan budi,dimana kita menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui benar untuk kasus yang serupa dengan yang tersebut tadi dalam hal-hal tertentu.
(“...that operation of the mind,by which we infer that we know to be true in particular case or cases,will be true in all cases which resemble the former in certain assignable respects’’) Induksi merupakan pola penalaran untuk melakukan penyimpulan dalam logika dari kasus-kasus individual atau partikular menuju kepada kasus-kasus umum atau universal.
Penalaran induktif adalah suatu proses mencapai kesimpulan umum berdasarkan dari observasi contoh contoh khusus. Penalaran induktif adalah tipe penalaran yang berawal dari sekumpulan contoh fakta spesifik menuju kesimpulan umum. Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji untuk menghasilkan kesimpulan tentang objek yang belum diuji.
Dasar argumen induksi yaitu Argumen yang mendasarkan kesimpulannya kemungkinan mengikuti premis-premis (probably follows from the premisses).
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena – fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai suatu corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses berpikir yang kedua, yaitu deduksi.
Berpikir induktif merupakan suatu pemikiran yang bergerak dari premis spesifik ke konklusi umum atau generalisasi. Observasi dan pengalaman digunakan untuk mendukung generalisasi. Premisnya tidak menjadi dasar untuk kebenaran konklusi, tetapi memberikan sejumlah dukungan untuk konklusinya. Konklusi induktif jauh melampaui apa yang ada pada premisnya.
Setiap argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak sahih, tetapi lebih baik atau kurang baik, bergantung pada berapa tinggi derajat probabilitasnya (kebolehjadian) yang diberikan premis pada simpulannya. Semakin tinggi probabilitas simpulannya semakin baik argumen induktif yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya, dan simpulannya tidak mungkin mengandung kepastian mutlak. Konklusi induktif tidak akan pernah terbukti benar kecuali bila meneliti semua premis khususnya.
Pengertian fenomena – fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan pertama – tama sebagai data – data maupun sebagai pernyataan – pernyataan (proposisi – proposisi). Proses Penalaran yang induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam – macam variasi yang berturut – turut akan dikemukakakan dalam bagian – bagian berikut yaitu:
Generalisasi
Hipotese dan Teori
Analogi
Hubungan Kausal
Induksi dalam Metode Eksposisi4[3]
Induksi merupkan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Misalkan kita mempunyai fakta bahwa katak makan untuk mempertahankan hidupnya, ikan , sapi, dan kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa semua hewan makan untuk mempertahankan hidupnya. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis, maskudnya melalui reduksi terhadap berbagai corak dan sekumpulan fakta yang ada dalam kehidupan yang beraneka ragam ini dapat dipersingkat dan diungkapkan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah sekedar koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan juga fakta-fakta tersebut.
 Contoh-contoh  penalaran induktif :
Contoh: 1
Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Babi berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Ikan paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Jadi, hewan yang berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Contoh 2
masalah logam. Kita meneliti mengenai logam. Lalu kita mengetes bagaimana logam logam itu bereaksi terhadap panas. Logam emas, memuai, logam perak memuai, logam besi memuai. Kesimpulannya logam memuai.
Contoh 3, dalam sebuah karangan atau faragraf
Pada waktu anak didik memasuki pendidikan formal, pendidikan bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerah. SEtelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah dengan teman-temannya atau orang tuanya. ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. jam sekolah hanya berlangsung selama beberapa jam. Baik waktu istirahat ataupun diantara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap digunakan. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya penutur asli bahasa daeah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan tetap maju5.
2.      Prinsip-Prinsip Penalaran Induksi
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum 5[4]
Prinsip dasar dalam penyimpulan dalam penalaran induksi adalah objek empiris, tidak perlu mencapai kebenaran yang mutlak atau permanen, cukup dengan memiliki peluang (probabilitas) untuk benar atau tepat. Tingkat-tingkat kebenaran dalam pola penalaran induksi ditentukan oleh sejumlah faktor probabilitas yang terdiri dari jumlah fakta, jumlah faktor analogi, jumlah faktor dis-analogi, dan luas sempitnya kesimpulan6[5].
Prinsip-prinsip penalaran induksi. Misalnya, terdapat penalaran sebagai berikut:
Apel 1 keras dan hijau adalah masam.
Apel 2 keras dan hijau adalah masam.
Apel 3 adalah keras dan hijau.
Apel 4 adalah masam.
Premis-premis dari induksi ialah proposisi empiris yang langsung kembali kepada suatu observasi indra atau proposisi dasar (basic statement). Proposisi dasar menunjuk kepada fakta, yaitu observasi yang dapat diuji kecocokannya dengan tangkanpan indra.Pikiran tidak dapat mempersoalkan benar tidaknya fakta,akan tetapi hanya dapat menerimanya. Bahwa apel itu keras, hijau, dan masam, hanya indralah yang dapat menangkapnya. Sekali indra mengatakan demikian, pikiran tinggal menerimanya.
Konklusi penalaran induktif itu lebih luas dari pada apa yang dinyatakan didalam premis-premisnya. Premis-Premisnya hanya mengarahkan bahwa apel yang keras, hijau dan masam itu hanya dua, apel 1 dan 2. Itulah yang diobservasi dan itulah yang dirumuskan didalam premis-premis itu. Kalau dikatakan, bahwa juga apel 3 itu masam, hal itu tidak di dukung oleh premis-premis penalaran. Menurut kaidah-kaidah logika, penalaran itu tidak sahih. Pikiran tidak terikat untuk menerima kebenaran konklusinya.
Meskipun konklusi induksi itu tidak mengikat, akan tetapi manusia yang normal akan menerimanya, kecuali kalau ada alasan untuk menolaknya. Jadi konklusi penalaran induktif itu oleh pikiran dapat di percaya kebenarnnya atau  dengan perkataan lain: konklusi induksi itu memiliki kredibilitasi rasional. Kredibilitas rasional di sebut. Probabilitas itu di dukung oleh pengalaman, artinya konklusi induksi itu menurut pengalaman biasanya cocok dengan obserpasi indra, tidak mesti harus cocok.
Contoh:
premis umum: mata kuliah filsafat ilmu adalah mata kuliah wajib mahasiswa
UNAIR          semester II
premis khusus : Diana, Tiyas, dan Tania adalah mahasiswa UNAIR semester II.
Kesimpulan: Diana, Tiyas, dan Tania harus mengambil mata kuliah filsafat ilmu.
Penalaran Induktif adalah Proses yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang bersifat umum.
a.)    Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Tetapi sebagai sudah dikatakan diatas, proses berpikir yang induktif tidak ada banyak artinya kalau tidak diikuti proses berpikir yang deduktif. Sebab itu generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena – fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki.
Bila kita berbicara mengenai data atau fakta dalam pengertian fenomena individual tadi, pikiran kita selalu terarah kepada pengertian mengenai sesuatu hal yang individual. Dalam kenyataannya data atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan generalisasi juga, yang tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif. Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga. Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan cirri – cirri tertentu ia mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dari bermacam – macam alat untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi (= generalisasi lagi) mengenai kendaraan pengangkut. Contoh – contoh diatas menunjukan bahwa bila pada suatu waktu kita menghadapi suatu fenomena individual, kita segera menghubungkannya dengan pengalaman – pengalaman kita pada masa lampau. Semua pengalaman itu secara alamiah menciptakan dalam pikiran kita suatu generalisasi yang coba menghubungkan semua peristiwa itu melalui cirri – cirri yang menonjol.
b.) Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
Dalam berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
 Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars7[6].
c) Hubungan kausal
penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal : 
1. Sebab- akibat. 
Contoh: Penebangan liar dihutan mengakibatkan tanah longsor. 
2. Akibat – Sebab. 
Contoh: Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.
3. Akibat – Akibat.
Contoh:Toni melihat kecelakaan dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.
d.) Hipotesa dan Teori
Hipotese (hypo“di bawah“, tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Contoh:
Tanzi dan Davoodi  membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus):
Hipotesis pertama: tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
3.      Generalisasi Induksi dan Analogi Induksi
a.       Generalisasi Induksi
Telah dapat diketahui bahwa, penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi.
Prinsip yang menjadi dasar penalaran generalisasi itu dapat di rumuskan demikian:”apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu , dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi”.
Hasil penalaran generalisasi indiuktif itu sendiri juga disebut generalisasi, generalisasi dalam arti ini berupa suatu proposisi uneversal, seperti; semua apel yang keras dan hijau rasanya masam. Semua logam yang dipanasi memuai.
Generalisasiyang sebenarnya harus memenuhi tiga syarat antara lain;
1.      Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik artinya generalisasi tidak boleh terikat kepada jumlah tertentu.
2.      Generalisasi harus tidak boleh terbatas secara spasiotemporal. Artinya, tidak boleh terbatas dalam ruang dan waktu, jadi harus berlaku dimana saja dan kapan saja.
3.      Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian yang di maksud dengan”pengandaian” disini ialah dasar dari yang disebut’contary to-facts conditionals’ atau unfulfilled conditional;
Generalisasi yang dapat dijadikan dasra untuk pengandaian itu yang memenuhi syarat.
Contoh:
Diana adalah mahasiswa UNAIR, rajin dan pandai.
Maka setelah kita melihat karakter Diana yang
Ketiga memenuhi keadaan pintar dan rajin, dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa diharapkan Diana adalah mahasiswa UNAIR.
Kesimpulan tadi hanya suatu yang diharapkan, suatu kepercayaan, karna seperti yang dikatakan tentang perumusan penalaran generalisasi yang diterangkan diatas, bahwa konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hamya berupa suatu probabilitas, suatu peluang.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tamapan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi: Semua bintang film berwajah tampan.
Pernyataan “semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya: Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajah tampan.
Macam-macam generalisasi :
1. Generalisasi sempurna: Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi tidak sempurna: Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
b.      Analogi Induksi
Berbicara tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu bukan yang lain, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan yang lain, denga mengidentifikasi mencari paersamaan. Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai penjelasan biasanya disebut perumpamaa atau persamaan.
Pada dasarnya bentuk penalaran analogi induksi itu baik faktor-faktor probabilitasnya maupun kaidah-kaidahnya adalah sama dengan generalisasi induksi.Tetapi dalam metode keilmuan analogi induktif itu dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu objek atau fakta itu,dan sifat-sifat apakah yang dapat diharapkan padanya,sedangkan generalisasi induksi teutama digunakan untuk menemukan hukum,menyusun teori,atau hipotesis.
Contoh
1.      Calista mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
2.      Michelle mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
3.      Tyas mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
4.      Diana mahasiswa UNAIR
5.      Jadi:Diana mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
Jadi analogi induksi tidak hanya menunjukkan persamaan dua diantara dua hal   yang berbeda,akan tetapi menarik kesimpulan atas dasar persamaan itu.dapat dilihat dari contoh diatas bahwa Calista,Michelle,Tyas,adalah mahasiswa UNAIR yang pintar dan rajin,akan tetapi karena diana dikumpulkan sebagai mahasiswa UNAIR maka diambil kesimpulan bahwa ia adalah anak yang pintar dan rajin sesuai dengan kelompoknya pembanding tersebut.
·         Faktor Probabilitas dalam Penalaran Induksi
·         Jumlah Fakta sebagai Faktor Probabilitas
Jumlah fakta dijadikan dasar penalaran induktif, kaidahnya dapat di rumuskan sebagai berikut: makin besar jumlah fakta yang dijadian dasar penalaran induktif, makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya. Kaidah inilah yang menjadi dasar maka dalam usaha untuk menambah pengetahuan ilmiah, yaitu dalam penelitian, harus digunakan sebanyak mungkin fakta sebagai dasar penalarannya. Yang ideal adalah kalau semua fakta dapat dirumuskan sebagai premis. Jumlah dari semua subjek yang ditunjuk oleh konklusi yang berupa generalisasi dan berbentu proposisi universal itu dalam rangka penelitian disebut populas. Penelitian yang menggunakan penalaran yang menggunakan jumlah fakta yang dijadikan dasar premis-premisnya sama besarnya dengan populasi subjek yang diteliti ialah penelitian metode sensus. Berlainan dengan metode sampling, yang menggunakan penalaran yang premis-premisnya menunjuk kepada sebagian saja dari populasi yang bersangkutan.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan latihan atau pembelajaran.
Jenis-jenis Analogi:
1. Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
2. Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
contoh analogi deklaratif : deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
Analogi atau kadang-kadang disebut juga analogi iduktif adalah suatu proses penalaranyang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hak akan berlaku pula untuk hal yang lain. Sebab itu sering timbul salah pengertian antara analogi induktif atau analogi logis sebagai yang dikemukakan di atas analogi deklaratif atau analogi penjelas yang termasuk dalam soal perbandingan. Analogi dilakukan karena sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya memiliki kesmaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna.
Analogi yang dimaksud disini adalah analogi induktif atau analogi logis. Analogi induktif (kias) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik ebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah sebuah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan  “apa yang berlaku pada suatu hal akan berlaku pula untuk hal lainnya” dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang danalogikan.
Analogi induktif atau analogi logis sebagai suatu proses penalaran bertolak dari suatu kesamaan actual antara dua hal. Berdasarkan kesamaan aktual itu, penulis dapat menurunkan suatu kesimpulan bahwa karena kedua hal itu mengandung kemiripan dalam hal-hal yang penting, maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek yang kurang penting.
Sebagai ilustrasi mengenai analogi ini perhatikan contoh berikut.
Nina adalah tamatan Fakultas Ekonomi Universitas Omega. Ia telah memberikan prestasi yang luar biasa pada perusahaan Omikron, tempat ia bekerja. Ia telah mengajukan banyak usul mengenai cara pemecahan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaannya. Pada waktu penerimaan pegawai-pegawai baru, Direktur Perusahaan langsung menerima Tomi, karena Tomi adalah seorang alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Omega, seperti halnya Nina. Semua pelamar-pelamar lain diabaikan begitu saja. Menurut logika direktur, karena Tomi tamatan Fakultas ekonomi Universitas Omega, maka pasti ia memiliki juga kecerdasan dan kualitas yang sama atau sekurang-kurangnya sama dengan Nina.
Dalam hal ini ia tidak mengambil keputusan karena data-data yang mengungkapkan siapa itu Tomi, tetapi ia melihat bahwa Tomi berasal dari Fakultas Ekonomi Universitas Omega seperti halnya dengan Nina yang telah dikenalnya. Bahwa Universitas atau sekurang-kurangnya Fakultas yang dibina oleh tenga-tenaga dosen yang ahli dan berwibawa dalam masalah ekonomi. Bahwa Fakultas Ekonomi itu juga mempunyai disiplin yang tinggi. Bahwa para alumninya juga terkenal dimana-mana. Dan hal itu telah membuktikan  dengan prestasi yang diperlihatkan Nina. Pasti Tomi juga akan memberikan prestasi yang sama.
Analogi sebagai suatu proses penalaran untuk menurunkan suatu kesimpulan berdasarkan kesamaan aktual antara dua hal itu dapat diperinci lagi untuk tujuan-tujuan berikut:
1)      Untuk meramalkan kesamaan. Bila dewasa ini kita sering berbicara mengenai ekologi dan ekosistem, satuan lingkungan hidup antara unsure-unsur tumbuha-hewan-manusia, dan berusaha menjaga keharmonisan ekologi tersebut, maka dapat juga dikemukakan bahwa perpindahan manusia ke suatu lingkungan baru dapat merusak ekologi tersebut, bukan hanya karena terjadi penebangan hutan dan sebagainya, tetapi juga hubungan dengan penduduk yang sudah ada dapat mengganggu ekuilibrium yang ada. Barangkali kita dapat menolak pendapat itu dengan mengatakan bahwa manusia bukan tumbuh-tumbuhan dan binatang, karena manusia dapat menyesuaikan diri dengan manusia lainnya. Tetapi kebenaran mengenai kesimpulan di atas toh tidak dapat disangkal begitu saja. Maka untuk itulahmanusia-manusia yang hendak memasuki lingkungan yang baru itu harus mempelajari situasi dan adat kebiasaan penduduk setempat untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan.
2)      Untuk menyingkapkan kekeliruan. Pada suatu waktu orang-orang takut berpergian dengan pesawat terbang, karena banyak kali terjadi kecelakaan dengan pesawat terbang yang tidak sedikit banyak meminta korban. Bila demikian sebaiknya orang-orang jangan tidur ditempat tidur, karena hampir semua manusia yang meninggal normal, menemui ajalnya di tempat tidur. Kedua pikiran ini sama-sama kaburnya, sehingga perlu ditolak.
3)      Untuk menyusun sebuah klasifikasi. Bila kita mengetahui mengenai suatu penyakit dengan gejala-gejala tertentu dan belum tahu yang sebenarnya mengenai nama penyakitnya, sekurang-krangnya dengan memperhatikan gejala gejala yang timbul, penyakit itu dapat diklasifikasikan dalam kelas-kelass penyakit tertentu. Dan klasifikasi sangat diperlukan dan selalu dapat diberikan sebelum proses induksi atau deduksi.
seperti halnya dengan generalisasi yang tumpang tindih dengan hipotese, maka analogi ini juag dapat tumpang tindih dengan hipotese. Tidak ada garis yang tegas membedakan satu dari yang lainnya. Analogi induktif untuk meramalkan kesamaan bisa juga merupakan hipotese, dan untuk menyusun klasifikasi jelas ia dapat juga dimasukkan dalam klasifikasi.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Contoh Analogi :
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
Dr. Maria C. Diamind tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebal cortex yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus lain yang tidak diinjeksi. Berdasarkan studi tiu, Dr. Diamond seorang profesor antomi dari University of California menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya. Dari contoh diatas, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi, apa yang terjadi pada tikus akan terjadi pula pada manusia.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suau kesimpulan yang berupa pengetahuan atau merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karateristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpikir atau thinking adalah serangkaian proses mental yang banyak macamnya seperti mengingat-ingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghafal, menghitung dalam kepala, menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau mengira-ngira berbagai kemungkinan.
Induksi merupkan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Tetapi sebagai sudah dikatakan diatas, proses berpikir yang induktif tidak ada banyak artinya kalau tidak diikuti proses berpikir yang deduktif. Sebab itu generalisasi hanya akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga harus berlaku pada fenomena – fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya.
B.   Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya untuk membangun. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis begitu juga pembaca.


DAFTAR PUSTAKA


Achmad Nizar. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2 Nomor 2. 2007.
H. Muhammad adib, MA. Filsafat ilmu ontology, epistemology, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan. Yogyakarta : pustaka pelajar.
(di akses pada hari senin 01-06-2015)
(di akses pada hari senin 01-06-2015)
http://firman25.blogspot.com.penalaran.html. (di akses pada hari senin 01/06/2015)
http://nitaqony.blogspot.com.deduksi-dan-induksi.html. (di akses pada hari senin 01-06-2015)
http://uhangjambyee.blogspot.com.ghfgf.html. (di akses pada hari senin 01-06-2015)
https://girlycious09.wordpress.com/tag/penalaran-induktif. (di akses pada hari senin 01-06-2015)
https://noviananuryan.wordpress.com.penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif .(di akses pada hari senin 01-06-2015)
https://scele.ui.ac.id/berkas.../097.pdf. (di akses pada hari senin 01-06-2015)
Soekadijo, R.G. Logika Dasar. Tradisional, Simbolik, dan Induktif. Jakarta: PT.Gramedia.
Suhartoyo Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi. Pengantar Logika Modern Jilid I.Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.






[1] ttps://noviananuryan.wordpress.com/2013/05/31/penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif/.1/06/2015

[2]Soekadijo, R.G. Logika Dasar. Tradisional, Simbolik, dan Induktif.( Jakarta: PT. Gramedia.1985),Hal.3
3Suhartoyo Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi. Pengantar Logika Modern Jilid I.( Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.1979),hal.10
5Kamus Umum Bahasa Indonesia, hal 444  W.J.S.Poerwadarminta. 2006
6 H. Muhammad adib, MA. Filsafat ilmu ontology, epistemology, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan. : pustaka pelajar. 2010

7ttps://noviananuryan.wordpress.com/2013/05/31/penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif.1/06/2015