BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar.
Menurut
Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran
memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana
berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan
kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari
proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu
pola berpikir tertentu.
Penalaran
dibagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran
deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf
Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya,
menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan
bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena
itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar
ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.
Alternatif
dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara
keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif dengan progresi secara logis
dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara
dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai
dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu
kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum[1].
Pada topik
ontologi ilmu telah dijelaskan bahwa pada dasarnya hakikat ilmu adalah objek bahasannya
yang empiris terdapat dalam kegiatan keseharian,dapat diamati
(dipotret,dividco) yang karenanya lingkup ilmu pengetahuan adalah hal-hal yang
dapat diukur (measurable),dan dapat
diamati (observable). Objek empiris
dari ilmu adalah mengandung gejala yang memiliki keserupaan yang satu dengan
yang lain,karenanya pula dapat diidentifikasi kecendrungan-kecendrungan dari
gejala yang diamati.Melalui metode penelaahan yang cermat,maka dapatlah disusun
teori yang tingkat kebenaran (logika)nya yang memiliki probabilitas kebenaran
yang tinggi,sejauh tidak tedapat bukti baru yang membantahnya.
B. Manfaat
dan Tujuan
Manfaat yang bias kita ambil
dari makalah ini yaitu:
a.
Mahasiswa bisa memahami tentang penalaran
b.
Bisa mengetahui tentang penalaran induktif
c.
Bisa mengetahui tentang bentuk bentuk, prinsip
penalaran induktif
d.
Bisa mengetahui generalisasi dan analogi induktif
Makalah ini bertujuan untuk:
1. menjelaskan
tentang pengertian penalaran induksi
2. Menetaui prinsip-prinsip dalam penalaran
induksi
3. Mengetahui
tentang generalisasi induksi
4. Dan mengetahui tentang analogi induksi.
C. Rumusan
Masalah
1. Pengertian
penalaran induksi
2. Prinsip-prinsip penalaran induksi
3. Generalisasi
induksi dan Analogi induksi
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian penalaran induksi
Penalaran merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan atau
merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karateristik tertentu dalam
menemukan kebenaran.
Penalaran adalah sebuah
proses berpikir secara logis untuk meneliti dan memahami suatu kejadian yang
akan berakhir pada sebuah penarikan kesimpulan dan konsep. Suriasumantri, J.S.
menyatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan dan mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran. Adanya penggunaan penalaran merupakan proses berpikir yang
perlu diajarkan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah.
Menurut R.G. Soekadijo penalaran adalah suatu bentuk
pemikiran2. Adapun Suhartoyo Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi
memberikan definisi penalaran sebagai berikut
“Penalaran adalah proses dari budi manusia yang berusaha tiba pada suatu
keterangan baru dari sesuatu atau beberapa keterangan lain yang telah diketahui
dan keterangan yang baru itu mestilah merupakan urutan kelanjutan dari sesuatu
atau beberapa keterangan yang semula itu.” Mereka juga menyatakan bahwa
penalaran menjadi salah satu kejadian
dari proses berfikir. Pengertian mengenai berpikir yaitu, “Berpikir atau
thinking adalah serangkaian proses mental yang banyak macamnya seperti
mengingat-ingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghafal, menghitung dalam
kepala, menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau
mengira-ngira berbagai kemungkinan3[2].
Menurut
wikipedia, penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Penalaran
merupakan proses berpikir yang sistematik untuk memperolch kesimpulan berupa
pengetahuan. Penalaran sangat erat kaitannya dengan berpikir dan logika. Sadar
atau tidak,dalam hidup ini kita selalu berpikir. Kegiatan berpikir yang
dilakukan secara sadar, tersusun dalam hubungan yang saling berhubungan, dan
bertujuan untuk menghasilkan suatu kesimpulan ini lah yang kita katakan sebagai
proses bernalar. Penalaran dapat dibedakan sebagai penalaran induktif dan
deduktif. Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan tentang penalaran
induktif terlebih dulu.
Kegunaan
dari Penalaran
- Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
- Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
- Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
- Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
- Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
- Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
- Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
- Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Filsuf
pada zaman keemasan Yunani,Aristoteles menyatakan bahwa proses peningkatan dari
hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal,disebut sebagai
pola penalaran induksi. Disitu
premisnya berupa proposisi-proposisi singular,sedangkan konklusinya sebuah
proposisi universal,yang berlaku secara umum.
Menurut
John Stuart Mill, induksi sebagai kegiatan budi,dimana kita menyimpulkan bahwa
apa yang kita ketahui benar untuk kasus yang serupa dengan yang tersebut tadi
dalam hal-hal tertentu.
(“...that operation of the mind,by which we infer
that we know to be true in particular case or cases,will be true in all cases
which resemble the former in certain assignable respects’’) Induksi merupakan pola penalaran
untuk melakukan penyimpulan dalam logika dari kasus-kasus individual atau
partikular menuju kepada kasus-kasus umum
atau
universal.
Penalaran induktif adalah
suatu proses mencapai kesimpulan umum berdasarkan dari observasi contoh‐ contoh khusus. Penalaran induktif adalah tipe
penalaran yang berawal dari sekumpulan contoh fakta spesifik menuju kesimpulan
umum. Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji untuk menghasilkan
kesimpulan tentang objek yang belum diuji.
Dasar argumen induksi yaitu Argumen yang mendasarkan
kesimpulannya kemungkinan mengikuti premis-premis (probably follows from the
premisses).
Induksi adalah suatu proses berpikir
yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk menurunkan
suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian
dan evaluasi atas fenomena – fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus
diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses
penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai suatu corak
berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau
tidak diikuti oleh proses berpikir yang kedua, yaitu deduksi.
Berpikir induktif merupakan suatu
pemikiran yang bergerak dari premis spesifik ke konklusi umum atau
generalisasi. Observasi dan pengalaman digunakan untuk mendukung generalisasi.
Premisnya tidak menjadi dasar untuk kebenaran konklusi, tetapi memberikan
sejumlah dukungan untuk konklusinya. Konklusi induktif jauh melampaui apa yang
ada pada premisnya.
Setiap argumen induktif tidak dapat
dikatakan sahih atau tidak sahih, tetapi lebih baik atau kurang baik,
bergantung pada berapa tinggi derajat probabilitasnya (kebolehjadian) yang
diberikan premis pada simpulannya. Semakin tinggi probabilitas simpulannya
semakin baik argumen induktif yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya, dan
simpulannya tidak mungkin mengandung kepastian mutlak. Konklusi induktif tidak
akan pernah terbukti benar kecuali bila meneliti semua premis khususnya.
Pengertian fenomena – fenomena
individual sebagai landasan penalaran induktif harus diartikan pertama – tama
sebagai data – data maupun sebagai pernyataan – pernyataan (proposisi –
proposisi). Proses Penalaran yang induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam –
macam variasi yang berturut – turut akan dikemukakakan dalam bagian – bagian
berikut yaitu:
Generalisasi
Hipotese dan Teori
Analogi
Hubungan Kausal
Induksi dalam Metode Eksposisi4[3]
Induksi
merupkan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang
lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
Misalkan
kita mempunyai fakta bahwa katak makan untuk mempertahankan hidupnya, ikan ,
sapi, dan kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dari kenyataan
ini dapat disimpulkan bahwa semua hewan makan untuk mempertahankan hidupnya. Kesimpulan yang bersifat umum ini
penting artinya karena mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah
pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis, maskudnya melalui reduksi
terhadap berbagai corak dan sekumpulan fakta yang ada dalam kehidupan yang
beraneka ragam ini dapat dipersingkat dan diungkapkan menjadi beberapa
pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah sekedar koleksi dari
berbagai fakta melainkan esensi dan juga fakta-fakta tersebut.
Contoh-contoh penalaran induktif :
Contoh: 1
Harimau
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Babi
berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Ikan
paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan
Jadi, hewan yang berdaun
telinga berkembang biak dengan melahirkan.
Contoh 2
masalah logam. Kita meneliti
mengenai logam. Lalu kita mengetes bagaimana logam logam itu bereaksi terhadap
panas. Logam emas, memuai, logam perak memuai, logam besi memuai. Kesimpulannya
logam memuai.
Contoh 3, dalam sebuah karangan atau faragraf
Pada waktu anak didik memasuki
pendidikan formal, pendidikan bahasa Indonesia secara metodologis dan
sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan
bahasa daerah. SEtelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan
bahasa daerah dengan teman-temannya atau orang tuanya. ia merasa lebih intim
dengan bahasa daerah. jam sekolah hanya berlangsung selama beberapa jam. Baik
waktu istirahat ataupun diantara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah
tetap digunakan. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya
penutur asli bahasa daeah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan tetap maju5.
2.
Prinsip-Prinsip
Penalaran Induksi
Induksi
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa
khusus untuk menentukan hukum yang umum 5[4]
Prinsip dasar dalam penyimpulan dalam
penalaran induksi adalah objek empiris, tidak perlu mencapai kebenaran yang
mutlak atau permanen, cukup dengan memiliki peluang (probabilitas) untuk benar
atau tepat. Tingkat-tingkat kebenaran dalam pola penalaran induksi ditentukan
oleh sejumlah faktor probabilitas yang terdiri dari jumlah fakta, jumlah faktor
analogi, jumlah faktor dis-analogi, dan luas sempitnya kesimpulan6[5].
Prinsip-prinsip penalaran induksi. Misalnya, terdapat penalaran sebagai berikut:
Apel 1 keras dan hijau
adalah masam.
Apel 2 keras dan hijau
adalah masam.
Apel 3 adalah keras dan
hijau.
Apel 4 adalah masam.
Premis-premis
dari induksi ialah proposisi empiris yang langsung kembali kepada suatu
observasi indra atau proposisi dasar (basic
statement). Proposisi
dasar menunjuk kepada fakta, yaitu
observasi yang dapat diuji kecocokannya dengan tangkanpan indra.Pikiran tidak
dapat mempersoalkan benar tidaknya fakta,akan tetapi hanya dapat menerimanya. Bahwa apel itu keras, hijau, dan masam, hanya indralah yang dapat
menangkapnya. Sekali
indra mengatakan demikian, pikiran
tinggal menerimanya.
Konklusi
penalaran induktif itu lebih luas dari pada apa yang dinyatakan didalam
premis-premisnya. Premis-Premisnya hanya mengarahkan bahwa
apel yang keras, hijau
dan masam itu hanya dua, apel
1 dan 2. Itulah yang diobservasi dan itulah
yang dirumuskan didalam premis-premis itu.
Kalau
dikatakan, bahwa
juga apel 3 itu masam, hal
itu tidak di dukung
oleh premis-premis penalaran. Menurut
kaidah-kaidah logika, penalaran
itu tidak sahih. Pikiran
tidak terikat untuk menerima kebenaran konklusinya.
Meskipun
konklusi induksi itu tidak mengikat,
akan
tetapi manusia yang normal akan menerimanya,
kecuali
kalau ada alasan untuk menolaknya.
Jadi
konklusi penalaran induktif itu oleh pikiran dapat di percaya kebenarnnya
atau dengan perkataan lain: konklusi
induksi itu memiliki kredibilitasi rasional. Kredibilitas rasional di sebut. Probabilitas itu
di dukung oleh pengalaman, artinya konklusi induksi itu menurut pengalaman
biasanya cocok dengan obserpasi indra, tidak mesti harus cocok.
Contoh:
premis
umum: mata kuliah filsafat ilmu adalah mata kuliah wajib mahasiswa
UNAIR semester II
premis khusus : Diana, Tiyas, dan Tania adalah mahasiswa UNAIR
semester II.
Kesimpulan: Diana, Tiyas, dan Tania harus mengambil mata kuliah
filsafat ilmu.
Penalaran Induktif adalah Proses
yang berpangkal dari peristiwa yang khusus yang dihasilkan berdasarkan hasil
pengamatan empirik dan mengjasilkan suatu kesimpulan atau pengetahuan yang
bersifat umum.
a.)
Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari fenomena individual untuk menurunkan suatu
inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Tetapi sebagai
sudah dikatakan diatas, proses berpikir yang induktif tidak ada banyak artinya
kalau tidak diikuti proses berpikir yang deduktif. Sebab itu generalisasi hanya
akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari
sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga
harus berlaku pada fenomena – fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki.
Bila kita berbicara mengenai data
atau fakta dalam pengertian fenomena individual tadi, pikiran kita selalu
terarah kepada pengertian mengenai sesuatu hal yang individual. Dalam
kenyataannya data atau fakta yang dipergunakan itu sebenarnya merupakan
generalisasi juga, yang tidak lain dari sebuah hasil penalaran yang induktif.
Bila seorang berkata bahwa mobil adalah semacam kendaraan pengangkut, maka
pengertian mobil dan kendaraan pengangkut merupakan hasil generalisasi juga.
Dari bermacam – macam tipe kendaraan dengan cirri – cirri tertentu ia
mendapatkan sebuah gagasan mengenai mobil, sedangkan dari bermacam – macam alat
untuk mengangkut sesuatu lahirlah abstraksi yang lebih tinggi (= generalisasi
lagi) mengenai kendaraan pengangkut. Contoh – contoh diatas menunjukan bahwa
bila pada suatu waktu kita menghadapi suatu fenomena individual, kita segera
menghubungkannya dengan pengalaman – pengalaman kita pada masa lampau. Semua
pengalaman itu secara alamiah menciptakan dalam pikiran kita suatu generalisasi
yang coba menghubungkan semua peristiwa itu melalui cirri – cirri yang
menonjol.
b.)
Analogi
Analogi adalah
membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan
jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat
khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang
sebelumnya.
Dalam
berfikir Analogis, kita meletakan suatu hubungan baru berdasarkan
hubungan-hubungan baru itu. Dan kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa jika
sudah ada persamaan dalam berbagai segi, ada persamaan pula dalam bidang yang
lain. Pada pembentukan kesimpulan dengan jalan analogi, jalan pikiran kita
didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya. Karena pada
dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dankemudian dicari
hubungannya. Maka sering kesimpulan yang diambil tidak logis.
Dari
penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses
penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan
sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan
kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh
Analogi:
Kita
banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi
kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai
atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan
oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya
musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup
diplanet Mars7[6].
c)
Hubungan kausal
penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan
perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa
setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya,
merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan.
Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia
yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.
Macam hubungan kausal :
1. Sebab- akibat.
Contoh: Penebangan liar dihutan
mengakibatkan tanah longsor.
2. Akibat – Sebab.
Contoh: Andri juara kelas disebabkan
dia rajin belajar dengan baik.
3. Akibat – Akibat.
Contoh:Toni melihat kecelakaan
dijalanraya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.
d.)
Hipotesa dan Teori
Hipotese (hypo“di bawah“,
tithenai“menempatkan“) adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima
sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam
peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain
secara lebih lanjut. Sebaliknya teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara
relatif lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Contoh:
Tanzi dan Davoodi membuktikan bahwa dampak korupsi pada
pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam
kondisi ceteris paribus):
Hipotesis pertama: tingginya tingkat
korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang
korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka
melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari
kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh
karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan
produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat
menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila
korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak
sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah
penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional
dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang
korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun,
karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat
kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama
yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi
menjadi terhambat.
Hipotesis keempat: tingginya tingkat
korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang
terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk
korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa
yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya
peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek
publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah
pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi.
Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang
baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat
pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.
3.
Generalisasi
Induksi dan Analogi Induksi
a. Generalisasi
Induksi
Telah
dapat diketahui bahwa, penalaran yang menyimpulkan suatu konklusi yang bersifat
umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut generalisasi.
Prinsip
yang menjadi dasar penalaran generalisasi itu dapat di rumuskan demikian:”apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi
tertentu , dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama
terpenuhi”.
Hasil
penalaran generalisasi indiuktif itu sendiri juga disebut generalisasi,
generalisasi dalam arti ini berupa suatu proposisi uneversal, seperti; semua
apel yang keras dan hijau rasanya masam. Semua logam yang dipanasi memuai.
Generalisasiyang
sebenarnya harus memenuhi tiga syarat antara lain;
1. Generalisasi
harus tidak terbatas secara numerik artinya generalisasi tidak boleh terikat
kepada jumlah tertentu.
2. Generalisasi
harus tidak boleh terbatas secara spasiotemporal. Artinya, tidak boleh terbatas
dalam ruang dan waktu, jadi harus berlaku dimana saja dan kapan saja.
3. Generalisasi
harus dapat dijadikan dasar pengandaian yang di maksud dengan”pengandaian”
disini ialah dasar dari yang disebut’contary
to-facts conditionals’ atau unfulfilled conditional;
Generalisasi yang dapat
dijadikan dasra untuk pengandaian itu yang memenuhi syarat.
Contoh:
Diana adalah mahasiswa
UNAIR, rajin dan pandai.
Maka setelah kita
melihat karakter Diana yang
Ketiga memenuhi keadaan pintar dan
rajin, dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa diharapkan Diana adalah
mahasiswa UNAIR.
Kesimpulan
tadi hanya suatu yang diharapkan, suatu kepercayaan, karna seperti yang
dikatakan tentang perumusan penalaran generalisasi yang diterangkan diatas,
bahwa konklusi penalaran induktif tidak mengandung nilai kebenaran yang pasti,
akan tetapi hamya berupa suatu probabilitas, suatu peluang.
Generalisasi adalah proses penalaran
yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Andika Pratama adalah bintang film,
dan ia berwajah tamapan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan
ia berwajah tampan.
Generalisasi: Semua bintang film berwajah
tampan.
Pernyataan “semua bintang film
berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah
diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya: Sapri juga
bintang iklan, tetapi tidak berwajah tampan.
Macam-macam generalisasi :
1. Generalisasi sempurna:
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Contoh: sensus penduduk
2. Generalisasi tidak sempurna:
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki
diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa
di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
Prosedur pengujian generalisasi
tidak sempurna. Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan
kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
b. Analogi
Induksi
Berbicara
tentang analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang satu
bukan yang lain, dan dua hal yang berlainan itu dibandingkan yang satu dengan
yang lain, denga mengidentifikasi mencari paersamaan. Analogi dapat
dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai
penjelasan biasanya disebut perumpamaa atau persamaan.
Pada
dasarnya bentuk penalaran analogi induksi itu baik faktor-faktor
probabilitasnya maupun kaidah-kaidahnya adalah sama dengan generalisasi
induksi.Tetapi dalam metode keilmuan analogi induktif itu dapat digunakan untuk
menentukan apakah suatu objek atau fakta itu,dan sifat-sifat apakah yang dapat
diharapkan padanya,sedangkan generalisasi induksi teutama digunakan untuk
menemukan hukum,menyusun teori,atau hipotesis.
Contoh
1. Calista
mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
2. Michelle
mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
3. Tyas
mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
4. Diana
mahasiswa UNAIR
5. Jadi:Diana
mahasiswa UNAIR adalah anak yang rajin dan pandai
Jadi
analogi induksi tidak hanya menunjukkan persamaan dua diantara dua hal yang berbeda,akan tetapi menarik kesimpulan
atas dasar persamaan itu.dapat dilihat dari contoh diatas bahwa Calista,Michelle,Tyas,adalah
mahasiswa UNAIR yang pintar dan rajin,akan tetapi karena diana dikumpulkan
sebagai mahasiswa UNAIR maka diambil kesimpulan bahwa ia adalah anak yang
pintar dan rajin sesuai dengan kelompoknya pembanding tersebut.
·
Faktor Probabilitas
dalam Penalaran Induksi
·
Jumlah Fakta
sebagai Faktor Probabilitas
Jumlah
fakta dijadikan dasar penalaran induktif, kaidahnya dapat di rumuskan sebagai
berikut: makin
besar jumlah fakta yang dijadian dasar penalaran induktif, makin tinggi
probabilitas konklusinya, dan sebaliknya. Kaidah
inilah yang menjadi dasar maka dalam usaha untuk menambah pengetahuan ilmiah,
yaitu dalam penelitian, harus digunakan sebanyak mungkin fakta sebagai dasar
penalarannya. Yang ideal adalah kalau semua fakta dapat dirumuskan sebagai
premis. Jumlah dari semua subjek yang ditunjuk oleh konklusi yang berupa
generalisasi dan berbentu proposisi universal itu dalam rangka penelitian
disebut populas. Penelitian yang menggunakan penalaran yang menggunakan jumlah
fakta yang dijadikan dasar premis-premisnya sama besarnya dengan populasi
subjek yang diteliti ialah penelitian metode sensus. Berlainan dengan metode
sampling, yang menggunakan penalaran yang premis-premisnya menunjuk kepada
sebagian saja dari populasi yang bersangkutan.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah
persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.
Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan
kata baru dari kata yang telah ada.
Analogi dilakukan karena antara sesuatu
yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran.
Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit
secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi
induktif atau analogi logis.
Contoh analogi :
Untuk menjadi seorang pemain bola
yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet.
Begitu juga dengan seorang doktor untuk dapat menjadi doktor yang professional
dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin yang rajin dan ulet. Oleh
karena itu untuk menjadi seorang pemain bola maupun seorang doktor diperlukan
latihan atau pembelajaran.
Jenis-jenis Analogi:
1. Analogi induktif :
Analogi induktif, yaitu analogi yang
disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik
kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena
kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk
membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang
terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak
final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak
final jika berlatih setiap hari.
2. Analogi deklaratif :
Analogi deklaratif merupakan metode
untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar,
dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide
baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal
yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
contoh analogi deklaratif : deklaratif untuk penyelenggaraan
negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga
negaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar
diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
Analogi atau kadang-kadang disebut
juga analogi iduktif adalah suatu proses penalaranyang bertolak dari dua
peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa
yang berlaku untuk suatu hak akan berlaku pula untuk hal yang lain. Sebab itu
sering timbul salah pengertian antara analogi induktif atau analogi logis
sebagai yang dikemukakan di atas analogi deklaratif atau analogi penjelas yang
termasuk dalam soal perbandingan. Analogi dilakukan karena sesuatu yang
dibandingkan dengan pembandingnya memiliki kesmaan fungsi atau peran. Melalui
analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara
konkrit dan lebih mudah dicerna.
Analogi yang dimaksud disini adalah
analogi induktif atau analogi logis. Analogi induktif (kias) adalah suatu
proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu
sama lain memiliki kesamaan untuk menarik ebuah kesimpulan. Karena titik tolak
penalaran ini adalah sebuah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka
kesimpulannya akan menyiratkan “apa yang berlaku pada suatu hal akan
berlaku pula untuk hal lainnya” dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan
merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang
danalogikan.
Analogi induktif atau analogi logis
sebagai suatu proses penalaran bertolak dari suatu kesamaan actual antara dua
hal. Berdasarkan kesamaan aktual itu, penulis dapat menurunkan suatu kesimpulan
bahwa karena kedua hal itu mengandung kemiripan dalam hal-hal yang penting,
maka mereka akan sama pula dalam aspek-aspek yang kurang penting.
Sebagai ilustrasi mengenai analogi
ini perhatikan contoh berikut.
Nina adalah tamatan Fakultas Ekonomi
Universitas Omega. Ia telah memberikan prestasi yang luar biasa pada perusahaan
Omikron, tempat ia bekerja. Ia telah mengajukan banyak usul mengenai cara
pemecahan atas kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaannya. Pada waktu
penerimaan pegawai-pegawai baru, Direktur Perusahaan langsung menerima Tomi,
karena Tomi adalah seorang alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Omega, seperti
halnya Nina. Semua pelamar-pelamar lain diabaikan begitu saja. Menurut logika
direktur, karena Tomi tamatan Fakultas ekonomi Universitas Omega, maka pasti ia
memiliki juga kecerdasan dan kualitas yang sama atau sekurang-kurangnya sama
dengan Nina.
Dalam hal ini ia tidak mengambil
keputusan karena data-data yang mengungkapkan siapa itu Tomi, tetapi ia melihat
bahwa Tomi berasal dari Fakultas Ekonomi Universitas Omega seperti halnya
dengan Nina yang telah dikenalnya. Bahwa Universitas atau sekurang-kurangnya
Fakultas yang dibina oleh tenga-tenaga dosen yang ahli dan berwibawa dalam
masalah ekonomi. Bahwa Fakultas Ekonomi itu juga mempunyai disiplin yang tinggi.
Bahwa para alumninya juga terkenal dimana-mana. Dan hal itu telah
membuktikan dengan prestasi yang diperlihatkan Nina. Pasti Tomi juga akan
memberikan prestasi yang sama.
Analogi sebagai suatu proses
penalaran untuk menurunkan suatu kesimpulan berdasarkan kesamaan aktual antara
dua hal itu dapat diperinci lagi untuk tujuan-tujuan berikut:
1)
Untuk meramalkan kesamaan. Bila dewasa ini kita sering berbicara mengenai
ekologi dan ekosistem, satuan lingkungan hidup antara unsure-unsur
tumbuha-hewan-manusia, dan berusaha menjaga keharmonisan ekologi tersebut, maka
dapat juga dikemukakan bahwa perpindahan manusia ke suatu lingkungan baru dapat
merusak ekologi tersebut, bukan hanya karena terjadi penebangan hutan dan
sebagainya, tetapi juga hubungan dengan penduduk yang sudah ada dapat
mengganggu ekuilibrium yang ada. Barangkali kita dapat menolak pendapat itu
dengan mengatakan bahwa manusia bukan tumbuh-tumbuhan dan binatang, karena
manusia dapat menyesuaikan diri dengan manusia lainnya. Tetapi kebenaran mengenai
kesimpulan di atas toh tidak dapat disangkal begitu saja. Maka untuk
itulahmanusia-manusia yang hendak memasuki lingkungan yang baru itu harus
mempelajari situasi dan adat kebiasaan penduduk setempat untuk mencegah hal-hal
yang tak diinginkan.
2)
Untuk menyingkapkan kekeliruan. Pada suatu waktu orang-orang takut berpergian
dengan pesawat terbang, karena banyak kali terjadi kecelakaan dengan pesawat
terbang yang tidak sedikit banyak meminta korban. Bila demikian sebaiknya
orang-orang jangan tidur ditempat tidur, karena hampir semua manusia yang
meninggal normal, menemui ajalnya di tempat tidur. Kedua pikiran ini sama-sama
kaburnya, sehingga perlu ditolak.
3)
Untuk menyusun sebuah klasifikasi. Bila kita mengetahui mengenai suatu penyakit
dengan gejala-gejala tertentu dan belum tahu yang sebenarnya mengenai nama
penyakitnya, sekurang-krangnya dengan memperhatikan gejala gejala yang timbul,
penyakit itu dapat diklasifikasikan dalam kelas-kelass penyakit tertentu. Dan
klasifikasi sangat diperlukan dan selalu dapat diberikan sebelum proses induksi
atau deduksi.
seperti halnya dengan generalisasi
yang tumpang tindih dengan hipotese, maka analogi ini juag dapat tumpang tindih
dengan hipotese. Tidak ada garis yang tegas membedakan satu dari yang lainnya.
Analogi induktif untuk meramalkan kesamaan bisa juga merupakan hipotese, dan
untuk menyusun klasifikasi jelas ia dapat juga dimasukkan dalam klasifikasi.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah
persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain.
Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan
kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri,
pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
Contoh Analogi :
Kita banyak tertarik dengan planel
mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi
anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi.
Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada.
Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi.
Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.
Dr. Maria C. Diamind tertarik untuk
meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuhan cerebal cortex yang
sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus lain yang tidak diinjeksi.
Berdasarkan studi tiu, Dr. Diamond seorang profesor antomi dari University of
California menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan
otak penggunanya. Dari contoh diatas, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus
dengan manusia. Jadi, apa yang terjadi pada tikus akan terjadi pula pada
manusia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
menarik suau kesimpulan yang berupa pengetahuan atau merupakan kegiatan berfikir
yang mempunyai karateristik tertentu dalam menemukan kebenaran.
Berpikir atau thinking adalah serangkaian proses
mental yang banyak macamnya seperti mengingat-ingat kembali sesuatu hal,
berkhayal, menghafal, menghitung dalam kepala, menghubungkan beberapa
pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau mengira-ngira berbagai kemungkinan.
Induksi
merupkan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual.
Penalaran
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang
lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum.
Generalisasi adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari fenomena individual untuk menurunkan suatu
inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Tetapi sebagai
sudah dikatakan diatas, proses berpikir yang induktif tidak ada banyak artinya
kalau tidak diikuti proses berpikir yang deduktif. Sebab itu generalisasi hanya
akan mempunyai makna yang penting, kalau kesimpulan yang diturunkan dari
sejumlah fenomena tadi bukan saja mencakup semua fenomena itu, tetapi juga
harus berlaku pada fenomena – fenomena lain yang sejenis yang belum diselidiki
Analogi adalah
membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan
jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat
khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang
sebelumnya.
B.
Saran
Dalam penulisan
makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan,
baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis sangat berharap ada kritikan dan saran yang sifatnya
untuk membangun. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat
baik bagi penulis begitu juga pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
Nizar. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 2 Nomor 2. 2007.
H. Muhammad
adib, MA. Filsafat ilmu ontology,
epistemology, aksiologi, dan logika ilmu pengetahuan. Yogyakarta : pustaka
pelajar.
(di akses pada hari senin 01-06-2015)
(di akses pada hari senin 01-06-2015)
https://irabieber.wordpress.com.penalaran-deduktif-dan-induktif.(di akses pada hari senin 01-06-2015)
https://noviananuryan.wordpress.com.penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif
.(di akses pada hari
senin 01-06-2015)
https://scele.ui.ac.id/berkas.../097.pdf. (di akses pada hari senin 01-06-2015)
Soekadijo,
R.G. Logika Dasar. Tradisional, Simbolik, dan Induktif.
Jakarta: PT.Gramedia.
Suhartoyo
Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi. Pengantar Logika Modern Jilid I.Yogyakarta:
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.
[1] ttps://noviananuryan.wordpress.com/2013/05/31/penalaran-induktif-dan-penalaran-deduktif/.1/06/2015
[2]Soekadijo, R.G. Logika Dasar. Tradisional,
Simbolik, dan Induktif.( Jakarta: PT.
Gramedia.1985),Hal.3
3Suhartoyo
Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi. Pengantar Logika Modern Jilid I.( Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah
Mada.1979),hal.10