PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara
Mongol,kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah
kekuasaannya terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain
bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak
yang hancur akibat serangan bangsa Mongolitu. Namun kenalangan tidak berhenti
sampai di situ. Banyak pusat-pusat kekuasaan Islam yang dihancurkan oleh Timur
Lenk.
Keadaan umat Islam secara keseluruhan baru milainmengalami kemajuan kembali
setelah muncul tiga kerajaan besar: Utsmani di Turki, Mughal di India, dan
safawi di Persia. Kerajaan Utsmani merupakan kerajaan yang paling pertama
berdiri dan yang terbesar dibanding dua kerajaan lainya.
Pada waktu kerajaan Turki Usmani sudah mencapai puncak kejayaan, kerajaan
Safawi di Persia masih baru berdiri. Gerakan Safawiyah memprakarsai penaklukan
Iran dan mendirikan sebuah baru yang berkuasa dari 1501 sampai 1722.Sang pendiri
mengawali gerakannya dengan seruan untuk memburnikan dan memulihkan kembali
ajaran Islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah perkembangan kerajaan Safawi di Persia?
2.
Apa faktor
kemajua yang dialami kerajaan Safawi di Persia?
3.
Apa faktor kemunduran
yang dialami kerajaan Safawi di Persia?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui perkembangaan sejarah kerajaan Safawia di Persia.
2.
Untuk
mengetahui apa faktor kemajuan kerajaan Safawiah di Persia.
3.
Untuk
mengetahui apa faktor kemunduran kerajaan Safawiah di Persia.
D. Manfaat
1.
Teoritis :
Untuk menambah ilmu bagi penulis dan untuk emenuhi tugas kuliah.
2.
Praktis : Agar
dapat bermanfaat bagi orang yang mmbacanya dan tentunya dapat menambah
penetahuannya juga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan Kerajaan
Safawi
Ketika kerajaan Turki Utsmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan
Safawi di Persia masih baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat.
Dalam perkembangannya, kerajaan Safawi sering berselisih dengan kerajaan Turki
Usmani.Berbeda dengan dua kerajaan besar Islam lainnya seperti kerajaan Turki
Usmani dan Mughal. Kerajaan ini menyatakan Syi'ah dijadikan sebagai madzhab
negara. Karena itu, kerajaan Safawidianggap sebagai peletak dasar pertama
terbentuknya negara Iran dewasa ini.
Kerajaan
Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah Ardabil
sebuah desa yang berada di kota Azerbaijan. Tarekat ini bernama Safawiyah ynag
dinisbatkan pada nama pendirinya Safi Al-Din (1252-1344 M), salah satu
keturunan Imam Syi'ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Dan nama safawi ini terus
dipertahankan sehingga tarekat ini menjadi sebuah gerakan politik. Bahkan, nama
tersebut terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.
Safi
Al-Din berasal dari keturunan orang terhormat dan bermadzhab sufi dalam hidupnya.
Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal
dengan julukan Zahid Al-Gilani. Karena prestasinya dalam kehidupan yasawuf,
Safi Al-Din diangkat menjadi menatu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din
mendirikan tarekat Safawiyah setelah gurunya wafat pada tahun 1310 M.
Pada
awalnya gerakan tarekat tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang
yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah. Tarekat ini
menjadi semakin penting setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian
tasawuf murni yang bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar
pengaruhnya di Persia, Syiria dan Anatolia. Di negri-negri di luar Ardabil,
Safi Al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya.Dalam
perkembangannya penganut tarekat Safawiyah sangat fanatik terhadap
ajaran-ajarannya. Hal ini ditandai dengan kuatnya keinginan mereka untuk
berkuasa karena dengan berkuasa mereka dapat menjalankan ajaran agama yang
telah mereka yakini (ajaran Syi'ah).Karena itu, lama kelamaan murid-murid
tarekat Safawiyah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan dan
menentang setiap orang yang bermazhab selain Syiah.
Bermula dari
prajurit akhirnya mereka memasuki Dunia perpolitikan pada masa kepemimpinan
Juneid (1447-1460 M).Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menumbuhkan
kegiatan politik di dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.Perluasan kegiatan ini
menimbulkan konflik dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku
bangsa Turki, yang akhirnya menyebabkan kelompok Juneid kalah dan diasingkan
kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar
Bakr, AKKoyunlu, juga suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana Uzun Hasan, yang
ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Juneid
mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460 M, ia mencoba merebut
Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh tentara Sirwan dan ia
terbunuh dalam pertempuran tersebut. Penggantinya diserahkan kepada anaknya
Haidar secara resmi pada tahun 1470 M, lalu Haidar kawin dengan seorang cucu
Uzun Hasan dan lahirlah Isma'il yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan
Safawi di Persia dan mengatakan bahwa Syi'ahlah yang resmi dijadikan mazdhab
kerajaan ini. Kerajaan inilah yang dianggap sebagai peletak batu pertama negara
Iran3.
Gerakan Militer
Safawi yang dipimpin oleh Haidar di pandang sebagai rival politik oleh AK
Koyunlu setelah ia menang dari Kara Koyunlu (1476 M). Karena itu, ketika Safawi
menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan
militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan ia terbunuh (Holt,
1970:396). Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk
menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu.Akan tetapi
Ya'kub pemimpin AK Koyunlu menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya,
Ibrahim, Ismail dan ibunya di Fars (1489-493 M).Mereka dibebaskan oleh Rustam,
putera mahkota AK Koyunlu dengan syarat mau membantunya memerangi saudara
sepupunya.Setelah dapat dikalahkan, Ali bersaudara kembali ke Ardabil.Namun,
tidak lama kemudian Rustam berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara dan
Ali terbunuh (1494 M) (Holt, 1970:397).
Periode
selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi di serahkan pada Ismail.Selama 5
tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan untuk menyiapkan pasukan
dan kekuatan. Pasukan yang di persiapkan itu diberi nama Qizilbash (baret
merah). Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash dibawah pimpinan Ismail menyerang
dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih) di sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash
terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan
akhirnya berhasil dan mendudukinya. Di kota Tabriz Ismail memproklamasikan
dirinya sebagai raja pertama Dinasti Safawi. Ia disebut juga Ismail I
(Brockelmann, 1974:398). Ismail I berkuasa kurang lebih 23 tahun antara
1501-1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya, Buktinya ia dapat menghancurkan sisa-sisa kekuatan AK Koyunlu di
Hamadan (1503 M), menguasai propinsi Kaspia di Nazandaran, Gurgan dan Yazd
(1504 M), Diyar Bakr (1505-1507 M) Baghdad dan daerah Barat daya Persia (1508
M), Sirwan (1509 M) dan Khurasan. Hanya dalam waktu sepuluh tahun itu wilayah
kekuasaannya sudah meliputi seluruh Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur
(Fertile Crescent) .
Bahkan tidak
sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan
wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya seperti Turki Usmani.Ismail berusaha
merebut dan mengadakan ekspansi ke wilayah kerajaan Usmani (1514 M), tetapi
dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan malah Turki Usmani yang di
pimpin oleh sultan Salim dapat menduduki Tabriz.Kerajaan Safawi terselamatkan
dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena terjadi perpecahan di kalangan
militer Turki di negerinya (Hassan, 1989:337).
Kekalahan
tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail.Akibatnya dia
berubah, dia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan
berburu.Keadaan itu berdampak negatif bagi kerajaan Safawi dan pada akhirnya
terjadi persaingan dalam merebut pengaruh untuk dapat memimpin kerajaan Safawi
antara pimpinan sukusuku Turki, pejabat keturunan Persia dan Qizibash (Yatim,
2003:142).
Rasa pemusuhan
dengan Kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail I, peperangan
antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada masa
pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan Muhammad
Khudabanda (1577-1567M).Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi mengalami
kelemahan.Hal ini di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan
Usmani yang lebih kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari
dalam kerajaan Safawi sendiri.
Berikut
urutan penguasa kerajaan Safawi :
1.
Isma'il I (1501-1524 M)
2.
Tahmasp I (1524-1576 M)
3.
Isma'il II (1576-1577 M)
4.
Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5.
Abbas I (1587-1628 M)
6.
Safi Mirza (1628-1642 M)
7.
Abbas II (1642-1667 M)
8.
Sulaiman (1667-1694 M)
9.
Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp
II (1722-1732 M)
11.
Abbas III (1732-1736 M)
B. Masa Kejayaan Kerajaan Safawi
Kondisi
kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi
kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh
Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1)
Berusaha
menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru
yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan
Sircassia.
2)
Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah
Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga
Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah
Jum'at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas menyerahkan saudara sepupunya
Haidar Mirza sebagai sandera diIstambul (Borckelmann, 1974:503). Masa kekuasaan
Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi
gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil
merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan
lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh
kerajaan usmani.Kemajuan yang di capai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di
bidang politik, melainkan bidang lainnya juga mangalami kemajuan.
Kemajuan-kemajaun itu antara lain :
a.
Bidang
Ekonomi
Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan
penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi
Bandar Abbas.Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat
dan Timur.Di samping sector perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan
dalam bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang
sangat subur (Fertille
Crescent).
b.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai
bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis
istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din
al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli
sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakanobservasi tentang
kehidupan lebah (Brockelmann, 1974:503-504).
c.
Bidang
Pembangunan Fisik dan Seni
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan
berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota
kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang
diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun.Kota Isfahan juga diperindah dengan
kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat
sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur
lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni
lainnya.
C. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal
Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja, yaitu Safi
Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein
(1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa
raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik naik dan
berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kepada kehancuran.Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab
kemunduran Safawi karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap
pembesar-pembesar kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang
akhirnya mengakibatkan mundurnya kemajuankemajuan yang telah diperoleh dalam
pemerintahan sebelumnya (Abbas I).
Kota
Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan Mughal
yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad direbut
oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras
sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga
seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya.
Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah.Ia diganti oleh Shah
Husein yang alim.Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi'ah yang
sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap ini
membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehinggamereka berontak dan
berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi (Hamka, 1981:71).Pemberontakan
bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di bawah pimpinan Mir
Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar. Pemberontakan lainnya terjadi di
Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil menduduki Mashad. Mir Vays diganti
oleh Mir Mahmud dan ia dapat mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil,
sehingga ia mampu merebut negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena
desakan dan ancaman Mir Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir
Mahmud dan mengangkatnya menjadi gebernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli
Khan (budak Husein). Dengan pengakuai ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak
sehingga tahun 1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang
Isfahan dan memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober
1722 M Shah Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan
dengan penuh kemenangan (Holt, 1970:426).
Salah
seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh dari suku
Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan berkuasa
atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M, Tahmasp
II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan mengusir
bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang
berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun 1729
M. Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu. Dengan demikian Dinasti Safawi
kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II di pecat oleh
Nadir Khan dan di gantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu
masih sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736,
Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia (Holt, 1970:428-429).
Adapun
sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1)
Adanya
konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi
yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak
pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini
2)
. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian
pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran
kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan
malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani
pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.
3)
Pasukan ghulam (budak-budak)
yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi
seperti semang-at Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki
ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki
bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya
terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4)
Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk
perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpula
Kerajaan Safawi
berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di daerah Ardabil sebuah desa
yang berada di kota Azerbaijan. Tarekat ini bernama Safawiyah ynag
dinisbatkan pada nama pendirinya Safi Al-Din (1252-1344 M), salah satu
keturunan Imam Syi'ah yang keenam “Musa al-Kazim”. Karena prestasinya dalam
kehidupan yasawuf, Safi Al-Din diangkat menjadi menatu oleh gurunya (syaikh Taj
Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M))dan kemudian mendirikan tarekat Safawiyah
setelah gurunya wafat pada tahun 1310 M.
Pada
awalnya gerakan tarekat tasawuf Safawiyah ini bertujuan memerangi orang-orang
yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid'ah.Safi Al-Din
menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya, sehingga dalam
perkembangannya penganut tarekat Safawiyah sangat fanatik terhadap
ajaran-ajarannya ( ajaran Syi’ah). Pada masa tiga
raja (masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II (1576-1577 M) dan
Muhammad Khudabanda (1577-1567M), kerajaan Safawi mengalami kelemahan.Hal ini
di karenakan sering terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih
kuat, juga sering terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan
Safawi sendiri.
Kondisi yang
lemah dan memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima,
Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I
dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi yaitu,berusaha menghilangkan dominasi
pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari
budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia. Dan juga dengan mengadakan perjanjian damai
dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan
disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam
Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at.
Kemajuan-kemajaun
itu antara lain :
1. Bidang
Ekonomi
2. Bidang
Ilmu Pengetahuan
3. Bidang
Pembangunan Fisik dan Seni
Adapun
sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:
1. Adanya
konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi
yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak
pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.
2. Terjadinya
dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga
ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu
narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah
sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan
Husein.
3. Pasukan ghulam (budak-budak)
yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi
seperti semang-at Qizilbash .Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki
ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki
bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap
lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.
4. Seringnya
terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.
B. Saran
B. Saran
Sering
– seringlah membaca buku sejarah. Karena di dalamnya terdapat banyak pelajaran
yang berharga untuk bagaimana cara kita menjalani hidup kedepan.1
1 Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang:
PT. Thoha Putra, 2003. Hal . 132
DAFTAR PUSTAKA
http://makalahnih.blogspot.com/2014/07/perkembangan-kerajaan-safawi-di-persia.html
Murodi,
Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Thoha Putra, 2003.
Syalaby,
A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997.
Thohir,
Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004.
Yatim,
Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006.
izin copy
BalasHapus