Jumat, 06 Januari 2017

Makalah HADITS TARBWI "Urgensi Ilmu Dan Ulama’"

<
 
PEMBAHASAN
A.      Ilmu yang bermanfaat
1.        Redaksi Hadits
وعن أبى هريرة رضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إذا مات الإنسان انقطع عمله إلامن ثلاث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له (رواه مسلم)
2.        Terjemah hadits
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah Saw. Bersabda : Jika seorang manusia mati maka terputuslah amal perbuatannya kecuali tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akannya” (HR. Muslim)
3.        Kosa kata
انقطع         : terputus, hilang
ينتفع           : bermanfaat   
صالح         : saleh, baik
4.        Biografi perawi
Nama lengkap beliau ialah Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Dia dilahirkan di Naisabur tahun 206 H. Sebagaimana dikatakan oleh al-Hakim Abu Abdullah dalam kitabnya "Ulama'ul Amsar. Imam Muslim adalah penulis kitab syahih dan kitab ilmu hadits. Dia adalah ulama terkemuka yang namanya tetap dikenal sampai kini.
Kehidupan Imam Muslim penuh dengan kegiatan mulia. Beliau merantau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Dia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dia belajar hadits sejak masih kecil, yakni mulai tahun 218 H. Dalam perjalanannya, Muslim bertemu dan berguru pada ulama hadis.
Di Khurasan, dia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray, dia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu Ansan. Di Irak, dia belajar kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Di Hijaz, berguru kepada Sa'id bin Mansur dan Abu Mas'ab. Di Mesir, belajar kepada 'Amar bin Sawad dan Harmalah bin Yahya dan berguru kepada ulama hadits lainnya.
Imam Muslim berulangkali pergi ke Bagdad untuk belajar hadits, dan kunjungannya yang terakhir tahun 259 H. Ketika Imam Bukhari datang ke Naisabur, Muslim sering berguru kepadanya. Sebab dia mengetahui kelebihan ilmu Imam Bukhari.
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada hari Ahad sore, dan di makamkan di kampong Nasr Abad daerah Naisabur pada hari Senin, 25 Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun. Selama hidupnya, Muslim menulis beberapa kitab yang sangat bermanfaat.
5.        Penjelasan hadits
Dalam hadits ini dijelaskan tentang 3 hal yang akan mengalirkan pahala kepada seseorang secara terus menerus walaupun telah meninggal dunia seolah-olah ia masih melakukannya. Pertama, amal jariah yang dilakukannya semasa hidup, selama masih bisa dimanfaatkan maka pahalanya akan mengalir untuknya terus menerus.
Kedua, ilmu yang bermanfaat. Inilah yang menjadi pokok pembicaraan kali ini, dimana ilmu yang telah diajarkan dan disebarkan kemudian menjadi diamalkan oleh orang yang menerimanya juga akan menjadi amal terus menerus bagi orang yang telah meninggal dunia. Apalagi jika ilmu tersebut selalu diajarkan lagi kepada orang lain sehingga menjadi mata rantai tak terputus, maka semakin bertambahlah pahala dari ilmu yang diajarkan tersebut.
Ketiga, anak sholeh yang mendoakannya. Inipun tidak terlepas dari unsur pendidikan dalam memperolehnya. Dimana untuk menjadikan anak shaleh diperlukan adanya upaya mendidik secara terus-menerus. Tanpa upaya tersebut sulit rasanya memperoleh kualitas anak yang shaleh, sebab cara dan proses pendidikan seorang anak mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam perkembangannya dan akan mempengaruhinya dalam bertindak saat besar nanti.
Intinya dalam hadits ini dapat disimpulkan bahwa :
a.    Pahala akan sampai kepada orang yang sudah meninggal melalui 3 cara. Ini karena dialah yang menajdi penyebab terjadinya 3 hal tersebut sehingga seakan-akan ia masih melakukannya.
b.    Anjuran untuk melakukan kebaikan yang pahalanya dapat mengalir terus-menerus meskipun telah meninggal dunia.
c.    Keutamaan ilmu, menyebarkan dan mengajarkannya.
d.   Anjuran untuk mendidik anak-anak dengan pendidikan yang islami agar orang tua bisa mengambil manfaat dari kebaikan amal yang dilakukan anaknya seperti halnya istigghfar dan do’anya.
B.       Bahaya krisis ilmu
1.        Redaksi Hadits
وعن عبد الله ابن عمربن العاص رضى الله عنهما قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إن الله لايقبض العلم انتزاعا ينتزعه من الناس ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبقى عالما اتخذ الناس رؤوسا جهلا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا (متفق عليه)
2.        Terjemah hadits
“Dari Abdullah bin Umar bin Ash ra, ia berkata : Aku telah mendengar rasulullah sawbersabda : Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan menghilangkannya secara langsung dari manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mencabut para ulama sehingga apabila tidak tersisa seorang ‘alim, manusia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka dari orang-orang bodoh, maka mereka ditanya dan memberi fatwa, maka mereka sesat dan menyesatkan. (muttafaq ‘alaih)”
3.        Kosa kata
ينتزع            : menghilangkan, melenyapkan
يقبض العلم      : mencabut ilmu
لم يبقى           : tidak tersisa sedikitpun
رؤوسا جهلا    : para pemimpin yang bodoh
فأفتو              : memberikan fatwa/keputusan
فضلوا وأضلوا  : sesat dan menyesatkan
4.        Biografi perawi
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, dua orang perawi yang sangat terkenal di kalangan umat islam. Nama lengkap Imam bukhori adalah Abuh Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari Al Ju’fi. Akan tetapi beliau lebih terkenal dengan sebutan Imam Bukhari, karena beliau lahir di kota Bukhara, Turkistan.
Ketika berusia sepuluh tahun, Al Imam Al Bukhari mulai menuntut ilmu, beliau melakukan pengembaraan ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Mesir, dan Syam. Guru-guru beliau banyak sekali jumlahnya. Di antara mereka yang sangat terkenal adalah Abu ‘Ashim An-Nabiil, Al Anshari, Makki bin Ibrahim, Ubaidaillah bin Musa, Abu Al Mughirah, ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin Al Hasan bin Syaqiq, Shadaqah bin Al Fadhl, Abdurrahman bin Hammad Asy-Syu’aisi, Muhammad bin ‘Ar’arah, Hajjaj bin Minhaal, Badal bin Al Muhabbir, Abdullah bin Raja’, Khalid bin Makhlad, Thalq bin Ghannaam, Abdurrahman Al Muqri’, Khallad bin Yahya, Abdul ‘Azizi Al Uwaisi, Abu Al Yaman, ‘Ali bin Al Madini, Ishaq bin Rahawaih, Nu’aim bin Hammad, Al Imam Ahmad bin Hanbal, dan sederet imam dan ulama ahlul hadits lainnya.
Murid-murid beliau tak terhitung jumlahnya. Di antara mereka yang paling terkenal adalah Al Imam Muslim bin Al Hajjaj An Naisaburi, penyusun kitab Shahih Muslim.
Al Imam Al Bukhari sangat terkenal kecerdasannya dan kekuatan hafalannya. Beliau pernah berkata, “Saya hafal seratus ribu hadits shahih, dan saya juga hafal dua ratus ribu hadits yang tidak shahih”. Pada kesempatan yang lain belau berkata, “Setiap hadits yang saya hafal, pasti dapat saya sebutkan sanad (rangkaian perawi-perawi)-nya”.
Al Imam Al Bukhari mempunyai karya besar di bidang hadits yaitu kitab beliau yang diberi judul Al Jami’ atau disebut juga Ash-Shahih atau Shahih Al Bukhari. Para ulama menilai bahwa kitab Shahih Al Bukhari ini merupakan kitab yang paling shahih setelah kitab suci Al Quran.
Al Imam Al Bukhari wafat pada malam Idul Fithri tahun 256 H. ketika beliau mencapai usia enam puluh dua tahun. Jenazah beliau dikuburkan di Khartank, nama sebuah desa di Samarkand. Semoga Allah Ta’ala mencurahkan rahmat-Nya kepada Al Imam Al Bukhari.
5.        Penjelasan hadits
Hadits diatas menjelaskan bahwa :
a.    para ulama adalah pellindung dan penentram manusia di bumi ini serta sumber keutamaan dan kebajikan.
b.    Kabar gembira bagi ulama bahwa Allah tidak akan mencabut ilmu mereka
c.    Anjuran menuntut ilmu untuk memperbanyak jumlah para ulama, agar masyarakat semakin mudah belajar agama
d.   Barang siapa yang mengklain sebagai ulama lalu berfatwa tanpa didasari ilmu, maka hal itu sama saja ia merugikan dirinya karena telah melakukan kebohongan atas nama Allah dan juga merugikan orang lain karena telah membodohi mereka.
e.    Kaum muslimin dilarang meminta fatwa kepada orang bodoh, dan para ulama dilarang berfatwa tanpa didasari ilmu.
C.      Keutamaan ilmu
1.        Redaksi Hadits
وعن أبي أمامة رضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال فضل العالم على العابد كفضلى على أدناكم ثم قال رسول الله إن الله وملئكته وأهل السماوات والارض حتى النملة فى حجرهاو حتى الحوت ليصلون على معلمى الناس الخير (رواه الترمذى وقال حديث حسن)
2.        Terjemah hadits
“dari Abi Amamah ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda keutamaan orang yang berilmu atas  orang yang beribadah bagaikan keutamaan diriku atas  kalian semua, kemudian Rasulullah saw. Bersabda sesungguhnya Allah dan para malaikatnya serta seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut diliangnya dan ikan-ikan sungguh bershalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan pada manusia (HR. Turmudzi dan ia berkata ini Hadits hasan)
3.        Kosa kata
العالم                 : Orang yang berilmu
العابد                 : Orang yang beribadah
النملة                 : Semut
حجر                 : liang
الحوت               : ikan
معلمى الناس        : orang yang mengajarkan manusia
4.        Biografi perawi
Imam Turmudzi adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz sebuah kota kecil di pinggir Utara Sungai Amuderiya, sebelah Utara Iran. Beliau dilahirkan pada bulan Dzulhijjah tahun 209 H (824 M) dan wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 279 H (892 M) dalam usia 70 tahun.
Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh. Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmizi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka.Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabia’id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin ‘Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, ‘Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni’, Muhammad bin al-Musanna dan lain-lain.
Karyanya yang terkenal yaitu Kitab al-Jami’ (Jami’ At-Tirmizi). Ia juga tergolong salah satu "Kutubus Sittah" (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits) dan ensiklopedia hadis terkenal. Imam Tirmizi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang mewakili wawasan dan pandangan luas. Barang siapa mempelajari kitab Jami’nya ia akan mendapatkan ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mazhab fikih. Kajian-kajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya.
5.        Penjelasan hadits
Hadit diatas menjelaskan bahwa :
a.       Anjura untuk berbuat sesuatu yang banyak membawa manfaat bagi pelakunya dan orang lain.
b.      Menuntut ilmu adalah lebih utama dari ibadah-ibadah yang sunah, sebab ibadah sunah manfaaatnya terbatas hanya bagi pelakunya saja, sedangkan ilmu pengetahuan manfaatnya lebih luas, dapat dirasakan oleh pelaku dan orang lain.
c.       Anjuran untuk menghormati ulama dan orang yang menunut ilmu serta mendo’akan mereka.
D.      Mengingat ilmu
1.        Redaksi Hadits
وعن ابن عمر رضى الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال إنما مثل صاحب القران كمثل الإبل المعلقة إن عاهدها عليها أمسكها وإن أطلقها ذهبت (متفق عليه)
2.        Terjemah hadits
“Dari  Ibn Umar ra. Rasulullah saw. Bersabda sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal qur’an bagaikan unta yang terikat, apabila ia menjaganya maka unta tersebut akan tetap ada dan apabila ia melepaskannya maka unta itu pergi. (Muttafaq ‘alaih).
3.        Kosa kata
صاحب القران      : Orang yang menghafal al-Qur’an
الإبل المعلقة        : Unta yang terikat
4.        Penjelasan hadits
Terdapat kesamaan antara orang lain yang hafal al-Qur’an dengan pemilik unta. Apabila ia mengikat dan menjaganya, maka unta tidak akan lepas. Namun apabila ia tidak mengikatnya, maka unta tidak akan lepas. Maka unta itu akan hilang dan susah untuk mendapatkannya kembali. Kesamaannya adalah cepatnya hafalan al-Qur’an itu hilang seperti unta yang lepas dari talinya.
E. Ulama adalah pewaris para Nabi
1. Redaksi hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
2. Terjemah hadits
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Hadits ini diriwayatkan Al-Imam At-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), Ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimahnya dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan: “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih At-Targhib, 1/33/68)
3. kosa kata
الْعُلُمَاءُ : ulama - ulama
وَرَثَةُ : pewaris
اْلأَنْبِيَاءِ : nabi - nabi
4. Penjelasn hadit
Asy-Syaikh Shalih Fauzan mengatakan: “Kita wajib memuliakan ulama muslimin karena mereka adalah pewaris para nabi, maka meremehkan mereka termasuk meremehkan kedudukan dan warisan yang mereka ambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meremehkan ilmu yang mereka bawa. Barangsiapa terjatuh dalam perbuatan ini tentu mereka akan lebih meremehkan kaum muslimin. Ulama adalah orang yang wajib kita hormati karena kedudukan mereka di tengah-tengah umat dan tugas yang mereka emban untuk kemaslahatan Islam dan muslimin. Kalau mereka tidak mempercayai ulama, lalu kepada siapa mereka percaya. Kalau kepercayaan telah menghilang dari ulama, lalu kepada siapa kaum muslimin mengembalikan semua problem hidup mereka dan untuk menjelaskan hukum-hukum syariat, maka di saat itulah akan terjadi kebimbangan dan terjadinya huru-hara.” (Al-Ajwibah Al-Mufidah, hal. 140)
F. Tercabutnya ilmu itu dengan wafatnya para ulama
1. Redaksi hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan hal ini dalam sabdanya yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, katanya: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
2. Terjemah hadits
Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)
3. Kosa kata
يَقْبِضُ : mencabut
يَنْتَزِعُ : mencabut
4. penjelasan hadits
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan: Asy-Sya’bi berkata: “Tidak akan terjadi hari kiamat sampai ilmu menjadi satu bentuk kejahilan dan kejahilan itu merupakan suatu ilmu. Ini semua termasuk dari terbaliknya gambaran kebenaran (kenyataan) di akhir zaman dan terbaliknya semua urusan.”
Di dalam Shahih Al-Hakim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr secara marfu’ (riwayatnya sampai kepada Rasulullah): “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat adalah direndahkannya para ulama dan diangkatnya orang jahat.” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 60)
Meninggalnya seorang yang alim akan menimbulkan bahaya bagi umat. Keadaan ini menunjukkan keberadaan ulama di tengah kaum muslimin akan mendatangkan rahmat dan barakah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya:
مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ
Sebagai kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk kejahatan.”







PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kita pahami sejauh mana peranan ulama dan ilmu dalam perikehidupan manusia. Saran, masukan, komentar dan kritik sangat diperlukan untuk membangun pemikiran yang baik khusunya tentang hal ini.
Namun demikian hal-hal yang disajikan dalam makalah ini tentu masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saran, kritik dan masukan diharapkan dapat menambah wawasan tentang ilmu pengetahuan itu sendiri


















DAFTAR PUSTAKA
Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah
Al Qur’an Al Karim
As Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar Al Kutub Al Islamiyah.
Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah
Muhammad Zuhri, 1993. Terjemah Jawahirul Bukhari, Indonesia, Darul Ihya’

0 komentar:

Posting Komentar