BAB I
Pendahuluan
Maulid
Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk
membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang
keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari
Prancis, Jerman, dan Inggris. Umat Islam saat itu kehilangan semangat
perjuangan dan persaudaraan ukhuwah.
Ternyata
peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan
hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali.
Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H)
Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa
menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Dalam
sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan
dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang
menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai
pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan
Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Kini
peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama
(NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala
oleh anak-anak NU.
Dalam
Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa
menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.”
Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati
hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”.
BAB II
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
dalam ISLAM
A. Pengertian Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid
Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: مولد، مولد النبي), adalah peringatan
hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12
Rabiul Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid
Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan
dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
B. Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
1. Pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang pertama
dan waktu pelaksanaannya
Perayaan
Maulid Nabi diperkirakan pertama kali
diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada
masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang
berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri.
Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta
meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam
Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota
Yerusalem.
2. Latar belakang pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad
SAW
Maulid
Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu
itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara
salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu
sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah
berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat
Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara
politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan.
Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad
sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
Adalah
Sultan Salahuddin Al-Ayyubi –orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin
yang pandai mengena hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun
1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub –katakanlah dia
setingkat Gubernur. Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir,
dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung
Arabia. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali
dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau
umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal
kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati,
kini harus dirayakan secara massal.
Ketika
Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad yakni An-Nashir,
ternyata khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H
(1183 Masehi), Salahuddin sebagai penguasa haramain (dua tanah suci, Mekah dan
Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali
ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di
mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal
dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan
semangat umat Islam.
Salahuddin
ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak
pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu
Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa
perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan
perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang
terlarang.
Salah
satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi
yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara
penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah
mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi
tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.
Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca
masyarakat di kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi.
Barzanji
bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa
kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga
mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai
peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Nama Barzanji diambil dari nama
pengarang naskah tersebut yakni Syekh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin Abdul
Karim. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya
tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (artinya kalung
permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tapi kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.
Ternyata
peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan
hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora
kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583
H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil
Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Dalam
sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan
dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang
menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai
pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan
Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua
kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan
Kalijaga bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di
halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua
gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang “pengampunan” yang
disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni).
Pada
zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata
“gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar
dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan
sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud,
ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar
(menyambut Idul Adha).
Kini
peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama
(NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala
oleh anak-anak NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi
ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan
berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang hanya mengirimkan
masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri,
ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang
agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan
ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat
Islam.
Ada
yang hanya membaca Barzanji atau Diba’ (kitab sejenis Barzanji). Bisa juga
ditambah dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian
hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’izhah
hasanah dari para muballigh kondang.
Para
ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan
yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang
baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang
pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain:
berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah
sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’izhah hasanah pada
acara temanten dan Muludan.
Dalam
Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa
menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.”
Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati
hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
3. Tujuan pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada
saat itu
Pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi tahun 1174-1193 M atau 570-590
H (Dinasti Bani Ayyub) umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan
diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan
Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada
tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil
Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan
persaudaraan ukhuwah. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus
dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka.
Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad
SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja
tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal. Waktu itu tujuannya untuk memperkokoh semangat
keagamaan umat Islam umumnya, khususnya mental para tentara yang lengah bersiap
menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang ingin merebut tanah suci
Jerusalem dari tangan kaum Muslimin.
4.
Bentuk
pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Beberapa bentuk peringatan maulid yang sering
dilaksanakan masyarakat adalah :
1.
Pembacaan
kalam wahyu Ilahi
Surat
atau ayat yang dibacakan tergantung kepada pembaca (qari’) maupun keinginan pelaksana acara,
ayat. Pembacaannya dilaksanakan dengan hukum tajwid yang yang benar. Selain
membaca dengan tartil, Qari’ yang
dipilih biasanya memiliki suara yang merdu, sehingga bagi jemaah atau orang
yang mendengarkan dapat mengkhayatinya. Setelah itu apa yang di bacakan oleh
Qari’ bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan gaya bacaan
deklamasi.
2.
Tahlilan
Tahlilan adalah seperangkat kalimah thayyibah, surat-surat
pendek dari Alquran, maupun kalimah-kalimah lain rumusan ulama yang
keseluruhannya dibaca secara berjamaah, acara tahlilan biasanya diakhiri dengan
makan bersama.
3.
Doa
bersama
Doa biasanya dipimpin oleh seorang ulama maupun ustadz,
materi doa yang berisi hal-hal yang cukup komrehensif dalam lingkup kehidupan,
yang hampir tidak pernah ditinggalkan adalah permohonan ampunan kepada Allah,
syafaat Rasulullah, dan hasanah dunia-akhirat.
4.
Ceramah
keagamaan
Penceramah biasanya adalah ustadz ataupun tokoh masyarakat
yang terkenal keluasan ilmu pengetahuan tentang agama. Biasanya ceramah
dilaksanakan di dalam mesjid atau musholla yang luas, kadang jika keadaan tidak
memungkinkan ceramah juga dilaksanakan di tempat terbuka seperti lapangan yang
sudah diberi alas maupun tenda seadanya.
5.
Manfaat/dampak/akibat
pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
Diantara
Manfaat yang timbul dari peringatan Maulid
adalah ;
a.
Membuat
generasi muda lebih mengenal kepribadian Rasulullah SAW, perjuangan beliau yang
penuh pelajaran untuk dipetik, dan misi yang diemban beliau dari Allah SWT
kepada alam semesta.
Para sahabat kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAW dalam
berbagai kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash
radhiyallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan
yang dilakukan Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu
surat dalam Al-Quran.”
Ungkapan ini menjelaskan bahwa para sahabat sering
menceritakan apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada
anak-anak mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan
b. Sebagai sarana umat Islam untuk
berkumpul dan saling menjalin silaturahim.
Masyarakat
yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi
dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya,
berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.
C. Dalil-dalil Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
1. Merayakan maulid termasuk dalam
membesarkan kelahiran para Nabi. Hal yang berkenaan dengan kelahiran Nabi
merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang lebih, sebagaimana halnya tempat
kelahiran para nabi.
Dalam Al
quran sendiri juga disebutkan doa sejahtera pada hari kelahiran para Nabi
seperti kata Nabi Isa dalam firman Allah surat Maryam ayat 33:
وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
“dan kesejahteraan atasku pada hari
kelahirannku”.
Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapatkan doa sejahtera pada hari kelahiran beliau.
Maka Rasulullah juga lebih berhak untuk mendapatkan doa sejahtera pada hari kelahiran beliau.
Dalam Al Quran, Allah juga tersebut
perintah untuk mengingat hari-hari bersejarah, hari dimana Allah menurunkan
nikmat yang besar pada hari tersebut, seperti dalam firman Allah surat Ibrahim
ayat 5:
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“dan ingatkanlah mereka kepada
hari-hari Allah, Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.”
Dan juga dalam surat Al Jatsiyah ayat 14:
Dan juga dalam surat Al Jatsiyah ayat 14:
قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا
لِلَّذِينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ
“Katakanlah kepada orang-orang yang
beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari
Allah”
Dalam ayat
tersebut Allah menyuruh untuk mengingat hari-hari Allah, secara dhahir hari
yang dimaksud adalah hari kesabaran dan penuh syukur dan yang diharapkan dari
hari tersebut adalah barakah yang Allah ciptakan pada hari tersebut, karena
hari hanyalah satu makhluk Allah yang tidak mampu memberi manfaat dan mudharat.
Dalam surat Yunus ayat 58:
Dalam surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ
فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
Katakanlah: "Dengan kurnia
Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk senang dengan nikmat Allah. Maka tiada rahmat dan nikmat yang lebih besar dari pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau sendiri mengatakan:
Dalam ayat ini Allah memerintahkan untuk senang dengan nikmat Allah. Maka tiada rahmat dan nikmat yang lebih besar dari pada kelahiran Nabi Muhammad SAW. Beliau sendiri mengatakan:
أنا الرحمة المهداة
Kisah lain
yang menunjuki bahwa ditutntut untuk memperingati hari bersejarah adalah kisah
Nabi SAW berpuasa pada hari Asyura. Ketika Nabi masuk kota Madinah, beliau
mendapati yahudi Madinah berpuasa pada hari Asyura. Ketika mereka ditanyakan
tentang hal tersebut mereka menjawab “bahwa pada hari tersebut Allah memberi
kemenangan kepada Nabi Musa dan Bani Israil atas firaun, maka kami berpuasa
untuk mengangagungkannya” Rasulullah berkata “kami lebih berhak dengan Musa
dari pada kamu” kemudian beliau memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Al Hafidh Ibnu Hajar Al
Asqalany menjadikan hadis ini sebagai dalil untuk kebolehan merayakan maulid.
2. Kisah Suwaibah Aslamiyah yang
dimerdekakan oleh Abu Lahab karena kegembiraannya terhadap kelahiran Nabi
Muhammad SAW.
Setahun
setelah Abu lahab meninggal, salah satu saudaranya yang juga merupakan paman
Rasulullah, Saidina Abbas bin Abdul Muthallib bermimpi bertemu dengannya dan
menanyakan bagaimana keadaan Abu Lahab, ia menjawab “bahwa tidak mendapat
kebaikan setelahnya tetapi ia mendapat minuman dari bawah ibu jarinya pada
setiap hari senin karena ia memerdekakan Suwaibah Aslamiyah ketika mendengar
kabar gembira kelahiran Nabi Muhammad”. Hadis ini tersebut dalam Shaheh Bukhary
dengan nomor 4711. kisah ini juga disebutkan oleh Ibnu Kastir dalam kitab
beliau Al Bidayah An Nihayah jilid 2 hal273.
Ini
adalah balasan yang Allah berikan terhadap orang yang menjadi musuhNya dan
mendapat celaan dalam Al Quran. Apalagi terhadap orang-orang mukmin yang senang
terhadap kelahiranbagindaRasulullahSAW.
3. Rasulullah sendiri pernah merayakan
hari kelahiran beliau sendiri yaitu dengan berpuasa pada hari senin. Ketika
ditanyakan oleh para shahabat beliau menjawab:
فيه ولدت وفيه أُنزل عليَّ
“itu adalah hari kelahiranku dan
hari diturunkan wahyu atasku”.(H.R. Muslim)
Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan dibolehkan melaksanakan maulid Nabi.
Hadis ini tersebut dalam kitab Shaheh Muslim jilid 2 hal 819. Hadis ini menjadi landasan yang kuat untuk pelaksanaan maulid walaupun dengan cara yang berbeda bukan dengan berpuasa seperti Rasululah melainkan dengan memyediakan makanan dan berzikir dan bershalawat, namun ada titik temunya yaitu mensyukuri kelahiran Rasulullah saw. Imam As Sayuthy menjadikan hadis ini sebagai landasan dibolehkan melaksanakan maulid Nabi.
4. Rasulullah pernah menyembelih hewan
untuk aqiqah untuk beliau sendiri setelah menjadi nabi.
Sebelumnya,
kakek rasulullah, Abdul Muthalib telah melakukan aqiqah untuk Rasulullah. Kisah
ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqy dari Anas bin Malik. Aqiqah tidak dilakukan untuk kedua kalinya maka perbuatan Rasulullah
menyembelih hewan tersebut dimaksudkan sebagai memperlihatkan rasa syukur atas
nikmat yang Allah berikan yaitu penciptaan beliau yang merupakan rahmat bagi
seluruh alam dan sebagai penjelasan syariat kepada umat beliau.
Hadis ini
oleh Imam As Sayuthy dijadikan sebagai landasan lain dalam perayaan maulid
Nabi. Maka juga disyariatkan bagi kita untuk memperlihatkan kesenangan dengan
kelahiran Rasulullah yang boleh saja kita lakukan dengan membuat jamuan makanan
dan berkumpul berzikir. .
5. Rasulullah memuliakan hari jumat
karena hari tersebut adalah hari kelahiran Nabi Adam AS.
Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh An Nasai dan Abu Daud
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق
آدم وفيه قبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم
معروضة علي
“bahwasanya sebagian hari yang
terbaik bagi kamu adalah hari jum`at,pada hari tersebut di ciptakan Nabi Adam,
wafatnya dan pada hari tersebut ditiupnya sangkakala, maka perbanyaklah
bershalawat kepadaku pada hari juma`at, karena shalawat kamu didatangkan kepada
ku ” (H.R. Abu Daud).
Rasulullah telah memuliakan hari jum`at karena pada hari tersebut Allah menciptakan bapak dari seluruh manusia, Nabi Adam. Maka hal ini juga dapat diqiyaskan kepada merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
Rasulullah telah memuliakan hari jum`at karena pada hari tersebut Allah menciptakan bapak dari seluruh manusia, Nabi Adam. Maka hal ini juga dapat diqiyaskan kepada merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
6. Memperingati
maulid dapat meneguhkan hati manusia.
Allah
ta`ala menyebutkan kisah-kisah para anbiya didalam Al-quran seperti kisah
kelahiran Nabi Yahya, siti Maryam dan Nabi Musa AS. Allah menyebutkan
kisah-kisah kelahiran para Nabi tersebut untuk menjadi peneguh hati Rasulullah
saw sebagaimana firman Allah surat Hud ayat 120:
وَكُلّاً نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ
أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
“Dan semua kisah dari rasul-rasul
kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan
hatimu”.
Apabila membacakan kisah para Nabi terdahulu dapat meneguhkan hati Rasulullah, maka membacakan kisah kehidupan Rasulullah sebagaimana dilakukan ketika memperingati maulid juga mampu meneguhkan hati manusia , bahkan manusia lebih membutuhkan peneguh hati ketimbang Rasulullah.
Apabila membacakan kisah para Nabi terdahulu dapat meneguhkan hati Rasulullah, maka membacakan kisah kehidupan Rasulullah sebagaimana dilakukan ketika memperingati maulid juga mampu meneguhkan hati manusia , bahkan manusia lebih membutuhkan peneguh hati ketimbang Rasulullah.
7. Maulid merupakan satu
wasilah/perantara untuk berbuat kebaikan dan taat.
Dalam
perayaan maulid Nabi, dilakukan berbagai macam amalan kebaikan berupa
bersadaqah, berzikir, bershalawat dan membaca kisah perjuangan Rasulullah dan
para Shahabat. Semua ini merupakan amalan yang sangat dianjurkan. Semua hal
yang perantara bagi perbuatan taat maka hal tersebut juga termasuk taat.
8. Firman Allah dalam surat Yunus ayat
58:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ
فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: "Dengan kurnia
Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk senang terhadap semua karunia dan rahmat Allah, termasuk salah satu rahmaNya yang sangat besar adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Allah surat Al Anbiya ayat 107:
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk senang terhadap semua karunia dan rahmat Allah, termasuk salah satu rahmaNya yang sangat besar adalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dalam firman Allah surat Al Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Bahkan
sebagian ahli tafsir mengatakan kalimat rahmat pada surat Yunus ayat 58
dimaksudkan kepada Nabi Muhammad dengan menjadikan surat Al Anbiya ayat 107
sebagai penafsirnya, sebagaimana terdapat dalam tafsir Durar Al Manstur
karangan Imam As Sayuthy, tafsir Al Alusty fi Ruh Al Ma`any dan tafsir Ibnul
Jauzy.
Jadi dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk terhadap datangnya Rasulullah SAW, kesenangan tersebut dapat diungkapkan dengan berbagai macam cara baik menyediakan makanan kepada orang lain, bersadaqah, berkumpul sambil berzikir dan bershalawat dll.
Jadi dalam ayat tersebut terdapat perintah untuk terhadap datangnya Rasulullah SAW, kesenangan tersebut dapat diungkapkan dengan berbagai macam cara baik menyediakan makanan kepada orang lain, bersadaqah, berkumpul sambil berzikir dan bershalawat dll.
9. Perayaan maulid bukanlah satu ibadah
tauqifiyah
Ibadah
taufiqiyah adalah ibadahyang tatacara pelaksaannya hanya dibolehkan sebagaimana
yang dilaksanakan oleh Nabi, tapi maulid merupakan satu qurbah (pendekatan
kepada Allah) yang boleh. Dikarenakan dalam pelaksanaan maulid mengandung
hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah maka maulid itu termasuk dalam
satu qurbah.
D. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
di Kabupaten Banjar
1. Bentuk pelaksanaan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW
“Ratusan sampai ribuah jemaah berjubel di Masjid Agung Al Karomah
Martapura, Kabupaten Banjar. Secara bergelombang, jemaah yang mayoritas
mengenakan kemeja koko dan peci putih itu memenuhi hampir setiap sudut masjid
kebanggaan warga Martapura itu, Kamis (9/2).
Kedatangan para jemaah yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Banjar itu untuk menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1433 Hijriah. Kegiatan itu merupakan acara rutin tahunan yang digelar Pemkab Banjar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banjar dan Nadzir Masjid Agung Al Karamah.
Tampak hadir Bupati Banjar, Khairul Saleh, Wakil Bupati, Fauzan Saleh, Pengasuh Ponpes Darussalam Martapura, KH Khalillurrahman, para anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kabupaten Banjar. Terlihat hadir juga Ketua Umum PBNU, Prof DR Said Agil Syiraj untuk memberikan ceramah.
Dalam sambutannya, Bupati Banjar, Khairul Saleh mengatakan bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa cinta kepada Rasulullah.
"Dengan memperingati Maulid Nabi maka Kabupaten Banjar dan Indonesia selalu mendapat keberkahan dan ridho dari Allah SWT," kata dia.”
Kedatangan para jemaah yang berasal dari berbagai daerah di Kabupaten Banjar itu untuk menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1433 Hijriah. Kegiatan itu merupakan acara rutin tahunan yang digelar Pemkab Banjar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Banjar dan Nadzir Masjid Agung Al Karamah.
Tampak hadir Bupati Banjar, Khairul Saleh, Wakil Bupati, Fauzan Saleh, Pengasuh Ponpes Darussalam Martapura, KH Khalillurrahman, para anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kabupaten Banjar. Terlihat hadir juga Ketua Umum PBNU, Prof DR Said Agil Syiraj untuk memberikan ceramah.
Dalam sambutannya, Bupati Banjar, Khairul Saleh mengatakan bahwa Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu bentuk ungkapan rasa cinta kepada Rasulullah.
"Dengan memperingati Maulid Nabi maka Kabupaten Banjar dan Indonesia selalu mendapat keberkahan dan ridho dari Allah SWT," kata dia.”
(Dikutip dari Banjarmasinpost.co.id; 30/01/2013)
“Pelaksanaan maulid di daerah saya
(Martapura), biasanya dimulai dengan pembacaan surah Ya’sin secara berjamaah,
setelah itu membaca Maulid Habsy, tahlil, shalawat dan berbagai puji-pujian
maupun kalam ilahi, kadang juga diadakah ceramah keagamaan jika peringatan
maulid dilaksanakan secara besar-besaran. Peringatan maulid biasanya di adakah
di Mesjid, Musholla, maupun lapangan luas seperti di mesjid Da’watul Khair dan
lain-lain”
(Narasumber
wawancara adalah M. Abdul Djabbar; 30/01/2013)
2.
Tujuan
pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW
“Pelaksanaan maulid bertujuan untuk
memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat, selain itu juga agar masyarakat
lebih mengenal kepribadian, jalan hidup dan liku-liku yang dilalui Rasulullah
untuk dapat membawa ISLAM hingga sekarang”
(Narasumber
wawancara adalah M.Abdul Djabbar; 30/01/2013)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peringatan maulid pada awalnya bertujuan untuk menyatukan
umat islam dalam menghadapi perang salib, tujuan ini berubah seiring
berjalannya waktu. Maulid dapat menjadi sarana penyambung silaturrahmi antar
warga masyarakat dan sarana untuk memperkenalkan kepribadian dan nilai-nilai
luhur yang ada pada diri Rasulullah.
Melaksanakan
peringatan Maulid Nabi Muhammad adalah baik selama tidak menyeleweng dari
aqidah dan syariat agama, hal ini dapat dilihat dari banyaknya dalil yang
memperbolehkan bahkan menganjurkan untuk mengadakan peringatan maulid Nabi
Muhammad SAW.
B. Saran-saran
Sebaiknya acara maulidan tidak hanya berisi ceramah maupun
doa saja, tetapi diisi oleh hal-hal yang dapat meningkatkan kreatifitas
masyarakat. misalnya diadakan berbagai lomba, bazaar, maupun pengumpulan dana
bagi orang-orang yang membutuhkan.
Saya sebagai remaja melihat bahwa kebanyakan remaja saat ini
hanya menganggap peringatan maulid sebagai waktu luang langka dari kesibukan
belajar mereka. Membuat remaja memahami arti sebenarnya dari pelaksanaan maulid
adalah PR para pendidik saat ini.
saya berharap bahwa pelaksanaan maulid yang akan datang adalah hal yang akan
selalu ditunggu siswa, bukan sebagai waktu untuk bersenang-senang tanpa
mempelajari apapun, tapi sebagai waktu untuk lebih mengenali dan memahami arti
dari pelaksanaan maulid sesungguhnya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDaftar pustaka?
BalasHapus