Pengetahuan
berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara
sungguh-sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini
terbatas untuk kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan
pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan
berbagai problema yang menyelimuti kehidupan.
Manusia
senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah
pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupaka makhluk yang
berakal budi yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia
mampu mengembangkan kemampuan yang spesifik manusiawi, yang menyangkut daya
cipta, rasa maupun karsa. Ketika orang menyaksikan sebuah pantai, sebut saja
pantai Tanjung A’an di pulau Lombok, orang akan terheran-heran dengan pasir
putih. Kemegahan alami itu menggugah perhatian manusia, setidaknya ingin
mengetahui sesungguhnya apakah hidup itu seperti pasir? Siapa yang menciptakan
pasir putih berib-ribu dan bahkan berjuta-juta butir, serta untuk apa maknanya
bagi manusia.
Pada
pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengetahuan dan
ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan itu diperoleh, dan apakah
pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya.
Serta bagaimana ukuran kebenaran dari pengetahuan yang didapat tersebut.
1. Apa definisi pengetahuan?
3. Apa
ciri-ciri ilmu pengetahuan?
1.
Supaya
dapat mengetahui apa itu pengetahuan
2.
Supaya
dapat mengetahui Syarat – syarat ilmu
3.
Supaya
dapat mengetahui ciri-ciri ilmu pengetahuan
4.
Supaya
dapat mengetahui Jenis – jenis
penetahuan
5.
Suoaya dapat mengetahui Apa saja Keragaman dan pengelompokan ilmu pengetahuan
6.
Supaya dapat mengetahui Macam – macam ilmu yang dimiliki manusia
7.
Supaya dapat mengetahui Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1.
Teoritis
: Dapat menjadi sara untuk menammah ilmu baik untuk penulis maupun bagi orang –
orang yang sudi membaca makalah ini. Disam ping itu juga untuk memenuhi
permintaan dari dosen (tugas).
2.
Praktis : mudah – mudahan menambah ilmu bagi
setiap orang yang membacanya.
Secara
etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).
Secara
terminologi dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut
Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan
tahu. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat
dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia
secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan dalam arti luas berarti
semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam artian sempit
pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti.2
1Lihat Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat ilmu suatu kajian dalam dimensi ontologs, epistemologis, dan
aksiologis, hlm. 76
2 Lihat
Drs. H. A. Fuad Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu, hlm.100
Para
ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan, terutama karena
rumusan pengetahuan oleh Plato yang menyatakan pengetahuan sebagai “kepercayaan
sejati yang dibenarkan” (justified true belief). Pendapat dari WHO
(1992) bahwa pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru,
orang tua, buku, dan media masa. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu.
Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor
luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2003).1
Berdasarkan
uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa Pengetahuan merupakan
hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai
metode dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui
pengalaman. (Sumber: Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta).
Sejalan
dengan pandangan – pandanga penulis diatas, bahwa ilu dan pengetahuan memiliki
keterkaitan satu sama lainnya. Dimana ilmu adalah hasildari penetahuan, dan
pengetahuan adalah hasil tahu mamusia terhadap suatu objek yang dihadapinya.2
Demi objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja
dengan cara ilmiah. Dapat disimpulkan bahwa sifat ilmiah dalam ilmu dapat
diwujudkan apabila dipenuhi syarat-syarat yang intinya adalah:
1 Lihat
Dr. Suwardi Endraswara, M. HUM. 2012. Filsafat Ilmu. Hlm. 85
2 Lihat Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat ilmu suatu kajian dalam dimensi ontologs, epistemologis, dan
aksiologis, hlm. 76
1.
Ilmu
harus mempunyai objek, ini berarti bahwa kebenaran yang hendak diungkapkan dan dicapai adalah persesuaian antara
pengetahuan dan objeknya.
2.
Ilmu
harus mempunyai metode, ini berarti bahwa untuk mencapai kebenaran yang
objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi.
3.
Ilmu
harus sistematik, ini berarti bahwa dalam memberikan pengalaman, objeknya
dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur.
4.
Ilmu
bersifat universal, ini berarti bahwa kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu
tidak mengenai sesuatu yang bersifat khusus, melainkan kebenaran itu berlaku
umum. (Hartono Kasmadi, dkk, 1990: 8-9)
Ilmu
pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987), mempunyai 5
ciri pokok, yakni:
1.
Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan
dan percobaan.
2. Sistematis,
berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3.
Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari
prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi.
4.
Analistis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan
pokok soalnya kedalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat,
hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5.
Verifikatif, dapat diperisa kebenarannya oleh siapa pun
juga.
Van
Melsen (1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu yaitu sebagai
berikut:
1.
Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai
suatu keseluruhan yang secara logis koheren. Itu berarti adanya sistem dalam
penelitian (metode) maupun harus susunan logis.
2.
Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat
kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan.
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh
objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh
semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus
dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru
bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila mengandung pernyataan baru dan
menimbulkan problem baru lagi.
7. Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif,
setiap teori terbuka dari suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data
baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai
perwujudan kebertautan antara teori dengan praktik.1
Pengetahuan
itu menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas:
1. Pengetahuan non ilmiah
Pengetahuan
non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang
tdiak termasuk dalam metode ilmiah. Secara umum yang dimaksud denganpengetahuan
non ilmiah adalahsegenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai barang
sesuatu atau objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan
ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan
metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih sempurna
karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir
yang khas, yaitu metodologi ilmiah.
Jenis-jenis
pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato dan Aristoteles. Plato
membagi pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik
objeknya. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
a) Pengetahuan Eikasia (Khayalan)
1Lihat
Amsal Bakhtiar,2004. Filsaat Ilmu, hlm.105
Tingkatan
yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan yang objeknya
berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang
berhubungan dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang
berpengalaman.
b) Pengetahuan
Pistis (Substansial)
Satu
tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial.
Pengetahuan ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
c) Pengetahuan
Dianoya (Matematika)
Plato
menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada di
dalamnya sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak,
tetapi juga terletak pada bagaimana cara berpikirnya.
Dengan
demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah
pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas
entah luas, isi, jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari
hipotesis yang diolah oleh akal pikir karenanya pengetahuan ini disebut juga
pengetahuan pikir.
d) Pengetahuan
Noesis (Filsafat)
Pengetahuan
Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan yang objeknya adalah
arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip
utama ini disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang pengetahuan ini adalah
hampir sama dengan pengetahuan pikir
Tujuannya
adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang berupa kebaikan,
kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai tingkat
tertinggi dari pengetahuan itu adalah dengan menggunakan metode dialog sehingga
dapat dicapai pengetahuan yang sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut
Episteme.
1Lihat Drs. Rizal
Mustansyir M. Hum, Drs. Misnal Munir M. Hum. 2001. Filsafat ilmu dan
perkembangannya di indonesia, hlm. 60 - 61
1. Pendidikan
Pendidikan
adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka
jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
2. Media
Media
yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi
contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3. Keterpaparan informasi
Pengertian
informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is
apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa
informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan
informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga
memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang
mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Sedangkan
informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer,
databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya
informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi
terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.
Semua
orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya adalah dari mana pengetahuan
itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Persoalan yang muncul tentang
bagaimana proses terbentuknya pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dapat
diperoleh melalui cara pendekatan apriori maupun aposteriori. Pengetahuan yang
diperoleh melalui pendekatan apriori adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa
mengetahui proses pengalaman, baik pengalaman yang bersumber pada panca indra
maupun pengalaman batin atau jiwa. Sebaliknya, pengetahuan yang diperoleh
melalui pendekatan aposteriori adalah pengetahuan yang diperolehnya melalui
informasi dari orang lain atau pengalaman yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan
yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan
berbagai alat yang merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini
ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain:
1.
Empirisme
Menurut
aliran ini, manusia meperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, kebenaran
pengetahuan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang ada dilapangan. Pengetahuan
manusia itu dapat diperoleh melalui pengalaman yang konkret karena
gejala-gejala alamiah yang terjadi dimuka bumi ini adalah bersifat konkret dan
dapat dinyatakan melalui pancaindra manusia.
Sumber
pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yakni kesan-kesan
(impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas).
Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari
pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah
gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan dengan merenungkan
kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.
Berdasarkan
teori ini, akal hanya megelola konsep gagasan inderawi. Sumber utama untuk
memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera.
Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang kabur.
2.
Rasionalisme
Aliran
ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang
benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui
kegiatan menangkap objek. Fungsi pancaindera hanya untuk memperoleh data-data
dari alam nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain.
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide
universal.
Spinoza
memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusunn sistem rasionalisme atas
dasar ilmu ukur. Dalil ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak perlu
dibuktikan lagi. Contohnya “sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat
diantara dua titik”.
Kant
menekankan pentingnya meneliti lebih lanjut terhadap apa yang telah dihasilkan
oleh indera dengan datanya dan dilanjutkan oleh akal dengan melakukan
penelitian yang lebih mendalam. Ia mencontohkan bagaimana kita dapat
menyimpulkan kalau kuman tipus menyebabkan demam tipus tanpa penelitian yang
mendalam dan eksperimen.
3.
Intuisi
Menurut
Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan
pengetahuan yang nisbi. Intuisi mengatasi sifat lahiriyah pengetahuan simbolis,
yang pada dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu
oleh penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi adalah sarana untuk
mengetahui secara langsung dan seketika.
Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi
dapat dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan
benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa
bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran.
Bagi
Nietzchen intuisi merupakan “intelegensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow
intuisi merupakan “pengalaman puncak” (peak experience). Adapun
perbedaan antara intuisi dalam filsafat barat dengan makrifat dalam islam
adalah kalau intuisi dalam filsafat barat diperoleh lewat perenungan dan
pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam islam makifat diperoleh lewat
perenungan dan penyinaran dari Tuhan .
4.
Wahyu
Wahyu
adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara
para Nabi. Para Nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa
bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan, mereka
terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
Pengetahuan
dengan jalan ini merupkan kekhususan para Nabi. Hal inilah yang membedakan
mereka dengan manusia-manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran
pengetahuan mereka berasal dari Tuhan, karena memang pengetahuan itu ada pada
saat manusia biasa tidak mampu mengusahakannya. Bagi manusia tidak ada jalan
lain kecuali menerima dan membenarkan semua yang berasal dari Nabi.
Wahyu
Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang
terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental.
Kepercayaan ini yang merupakan titik tolak dalam agama lewat pengkajian
selanjutnya dapat menigkatkan atau menurunkan kepercayaan itu.
Descartes merumuskan pedoman penyelidikan supaya
orang jangan tersesat dalam usahanya mencapai kebenaran sebagai berikut:
Pertama, janganlah sekali-kali mnerima sebagai kebenaran,
jika tidak ternyata kebenarannyadengan terang benderang, hauslah kita membuang
segala prasangka dan janganlah campurkan apapun juga yang tak nampak
sejeas-jelasnya kepada kita, hinga tak ada dasar sedikitpun juga untuk sanksi.
Kedua, rincilah tiap kesulitan sesempurna-sempurnanya dan
carilah jawaban secukupnya.
Ketiga, aturlah pikiran dan pengetahuan kita sedemikian
rupa, sehingga kita mulai dari yamng paling rendah dan sederhana, kemudian
meningkat dari sedikit, setapak demi setapak untuk mencapai pengetahauan yang
lebih sukar dan lebih ruwet.
Keempat, buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan
selengkap-lengkapnya dan seumum-umumnya hingga menyeluruh, sampai kita tidak
khawatir kalau-kalau ada yang kelewatan.
Berpikir
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.Pada setiap
jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat danwatak
pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak
sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Scara umum orang merasa bahwa
tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak
hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan
berkembangnya espistemologi.
Untuk
menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada beberap teori yang dapat dijadikan
sebagai kriteria. Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu:
1.
Kebenaran Koherensi
Sesuatu
yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan
dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi, hal ini dapat berupa skema,
sisitem, atau nilai. Koheren tersebut mungkin saja tetap pada dataran sensual
rasional, tetapi mungkin pula menjangkau dataran transenden.
2.
Kebenaran Korespondensi
Berfikir
benar korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan
dengan sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan
atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan (positifisme),
antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
3.
Kebenaran Performatif
Ketika
pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan actual dan menyatukan apapun
yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoritik, maupun yang filosofik.
Orang yang mengetengahkan kebenaran tampilan actual yang disebut dengan
kebenaran performatif tokoh penganut ini antara lain Strawson (1950) dan Geach
(1960) sesuatu sebagai benar biladapat diaktualkan dalam tindakan.
4.
Kebenaran Pragmatik
Perintis
teori ini adalah Charles S. Pierce. Yang benar adalah yang konkret, yang
individual, dan yang spesifik, demikian James Deweylebih lanjut menyatakan
bahwa kebenaran merupakan korespondensi antara ide denga fakta, dan arti
korespondensi menurut Dewey adalah kegunaan praktis.
5.
Kebenaran Proposisi
Sesuatu
kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar dalam logika
Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai denganpersyaratan formal suatu
proposisi. Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep
kompleks.1
1Lihat
Drs. Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan
perkembangannya di indonesia suatu kajian dalam dimensi ontologis,
epistemologis, dan aksiologis, hlm. 81 - 88
BAB III
Pengetahuan
itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yakni : pendidikan, media dan keterpaparan informasi.
Ciri-ciri
ilmu pengetahuan menurut The Liang Gie (1987) adalah empiris, sistematis,
objektif, analistis, dan verifikatif. Jenis-jenis pengetahuan menurut Soejono
Soemargono ada dua yakni pengetahuan non ilmiah dan pengetahuan ilmiah.
Sedangkan Jenis-jenis
pengetahuan menurut pendapat Plato dan Aristoteles ada 4, yakni: pengetahuan Eikasia (Khayalan), pengetahuan
Pistis (Substansial),
pengetahuan Dianoya (Matematika), dan pengetahuan
Noesis (Filsafat).
Buhanuddin
salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan
agama. Terdapat beberapa sumber pengetahuan, yakni: empirisme, rasionalisme,
intuisi, dan wahyu. Dan untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada
beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai kriteria. Menurut Michael Williams
terdapat 5 teori kebenaran, yaitu: kebenaran koherensi, kebenaran
korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik, dan kebenaran
proposisi.
Kami
menyarankan bagi siapa saja yang ingin memperdalam kajian tentang pengetahuan
untuk membaca makalah kami dengan seksama, terlebih lagi bagi teman – teman
yang bergelut dalam bidang filsafat. Karena dalam filsafa kita harus mengetahui
hal pengetahuan ini untuk dapat melogikakan segala sesuatu secara sistemati dan
sesuai dengan batasan – batasan agama islam.
Drs. H. A. Fuad Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dr. Suwardi Endraswara, M. HUM. 2012. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: CAPS.
Amsal Bakhtiar,2004. Filsaat Ilmu. Jakarta:
Raja Grafindo Pustaka.
Drs. A. Susnto, M.Pd. 2011. Filsafat ilmu.
Jakarta: Bumi Aksara.
Drs. Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan
perkembangannya di indonesia suatu kajian dalam dimensi ontologis,
epistemologis, dan aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.
Drs. Rizal Mustansyir M. Hum, Drs. Misnal
Munir M. Hum. 2001. Filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia.
Jakarta: Pustaka Pelajar.
0 komentar:
Posting Komentar