BAB I
Dunia
pendidikan islam di Indonesia khususnya,dan dunia islam pada umumnya masih
dihadapkan pada berbagai persoalan mulai dari soal rumusan tujuan pendidikan
yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat,sampai kepada persoalan guru
metode,kurikulum dan sebagainya. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih
terus dilakukan dengan berbagai upaya. Penataran guru, pelatiahn tenaga
pengelola pendidikan dan lain sebagainya harus dilakukan,namun masalah
pendidikan terus bermunculan.
Upaya
untuk memperbaiki kondisi kependidikan yang demikian itu tampaknya perlu
dilacak pada akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis.
Filsafat pendidikan islam secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang
terdapat dalam bidang pendidikan,mulai dari visi misi,dan tujuan
pendidikan,dasar-dasar dan asas-asas pendidikan islam,konsep manusia,guru,anak
didik,kurikulum,dan metode sampai dengan evaluasi dalam pendidikan secara
filosofis. Dengan kata lain, ilmu ini akan mencoba mempergunakan jasa
pemikiran. Kenyataan menunjukan adanya kiblat-kiblat pendidikan islam yang
belum jelas.
Pendidikan islam masih belum menemukan format
dan bentuknya yang khas sesuai dengan agama islam hal ini selain karena
banyaknya konsep pendidikan yang ditawarkan para ahli yang belum jelas
keislamannya,juga karena belum banyak pakar pendidikan islam yang merancang
pendidikan islam secara seksama.
Sistematika
filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau bagian yaitu;
epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana kita memperoleh
pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas tentang hakikat segala
sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau teori nilai yang
membahas tentang guna pengetahuan. Mempelajari ketiga
cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas
ruang lingkup dan pembahansannya.[1]
Dengan
demikian dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang pengertian,ruang
lingkup dan konsep filosifis filsafat pendidikan Islam.
Filsafat
Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan
dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik
jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya
secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir sebagai
berikut: Filsafat menurut Sutan Zanti Arbi (1988) berasal dari kata benda
Yunani Kuno philosophia yang secara harpiah bermakna “kecintaan akan
kearifan”.makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan mengharuskan
adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman.
Sedangkan John S. Brubacher (1962) berpendapat filsafat dari kata Yunani filos
dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan”.
(Syar’I,2005)[2]
Secara
istilah, filsafat mengandung banyak pengertian sesuai sudut pandang para ahli
bersangkutan, diantaranya:
a.
Mohammad Noor Syam (1986) merumuskan pengertian filsafat sebagai aktifitas
berfikir murni atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam
segala sesuatu.
b.
Menurut Hasbullah Bakry (dalam Prasetya, 1997) filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya
sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu. (Syar’I,2005)
c.
Harun Nasution (1973), menyatakan bahwa inti sari dari filsafat itu sendiri
adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada
tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai
kedasar-dasarnya.
d.
Menurut Jujun S Suriasumantri (1982), berpikir filsafat merupakan berpikir yang
mendasar, menyeluruh, dan spekulatif.[3]
Kajian
dan telaah filsafat memang sangat luas, karena itu filsafat merupakan sumber
pengetahuan. Namun paling tidak, ada 2 hal pokok yang dapat kita mengerti dari
istilah filsafat, yaitu : Pertama, aktivitas berfikir manusia secara
menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap sesuatau baik mengenai ketuhanan,
alam semesta maupun manusia itu sendiri guna menemukan jawaban hakikat sesuatu
itu. Kedua, ilmu pengetahuan yang mengkaji, menelaah atau menyelidiki hakikat
sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan, manusia dan alam semesta secara
menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka memperoleh jawaban tentang
hakikat sesuatu itu yang akhirnya temuan itu menjadi pengetahuan. (Syar’I,2005)
Pendidikan
adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar
menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun
segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar
mendewasakan mengandung makna sangat luas, transfer pengetahuan dan
keterampilan, bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
pembinaan kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik,
tidak hanya diartikan manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara
biologis dan psikologis tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari
pengetahuan dan keterampilan tertentu guna memperkaya kemampuan, pengetahuan
dan keterampilan dirinya juga dikualifikasikan sebagai peserta didik.
Menurut
Hadari Nawawi (1988), menyatakan bahwa pendidikan sebagai usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar
sekolah. Dengan reaksi yang berbeda, Hasan Langgulung (1986) mengartikan
pendidikan sebagai usaha untuk mengubah dan memindahkan nilai kebudayaan kepada
setiap individu dalam suatu masyarakat Islam.
Menurut Harun Nasution (1979) adalah segala agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam
adalah agama yang seluruh ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam
rangka mengatur dan menuntun kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
sesama manusia dan dengan alam semesta. (Syar’I,2005)[4]
Islam
akan dilihat dari dua sudut pengertian. Pertama dari makna kata (etimologi).
Kedua dari kata islam sebagai agama Allah (din Allah). Melalui kedua pendekatan
ini diharapkan akan lebih mempermudah pemahaman terhadap hubungan antara islam
sebagai agama, sebagai system nilai, dan juga sebagai pandangan hidup.
Secara
etimologis, Islam memiliki sejumlah derivasi (kata turunan), antara lain:
(Jalaludin,2011)[5]
- Aslama, yang berarti menyerahkan diri, taat, tunduk, dan patuh sepenuhnya.
- Salima,berarti selamat, sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat atau cela.
- Salam, berarti damai, aman,dan tentram.
- Sullam, yang artinya tangga (alat bantu untuk naik ke atas).
Berdasarkan
pengertian etimologi ini, maka secara garis besarnya Islam mengandung makna
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah yang dibuktikan dengan sikap taat,
tunduk, dan patuh terhadap ketentuannya, guna terwujudnya suatu yang selamat,
sejahtera, sentosa, bersih dan bebas dari cacat atau cela dalam kondisi damai,
aman, dan tentram, serta berkualitas.
Menurut
Arifin (1992), Filsafat Pendidikan Islam pada hakekatnya adalah konsep berpikir
tentang kependidikan yang bersumberkan ajaran Islam tentang hakikat kemampuan
manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta mengapa manusia
harus dibina menjadi hamba Allah swt. yang berkepribadian demikian. Sarana dan
upaya apa sajakah yang dapat mengantarkan pencapaian cita-cita demikian, dan
sebagainya.
Menurut
Zuhairini, dkk (1955), Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan
filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam islam terhadap masalah-masalah
kependidikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan
manusia muslim dan umat islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka
artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam
dalam memecahkan problematika pendidikan umat islam yang selanjutnya memberikan
arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.
(Maulana,2013)
Sementara
itu, Hasan Langgulung (1992), mengemukakan bahwa Filsafat Pendidikan Islam
adalah sejumlah prinsif kepercayaan dan premis yang diambil dari ajaran Islam
atau sesuai dengan semangatnya dan mempunyai kepentingan terapan dan bimbingan
dalam usaha pendidikan.
Ahmad D. Marimba (1989), Filsafat
Pendidikan Islam adalah perenungan-perenungan mengenai apa sesungguhnya
Pendidikan Islam itu dan bagaimana usaha-usaha pendidikan dilaksanakan agar
berhasil sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Sedangkan Abuddin Nata (1997)
mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu kajian filosofis
mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para
ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber sekunder. Selain itu, Filsafat
Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis,
yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang
masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru,
kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis
sebagai dasar acuannya. (Maulana,2013)
Tanpa
mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu sebagai aktifitas berfikir
mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu pengetahuan yang melakukan kajian
menyeluruh, mendalam dan spekulatif mengenai masalah-masalah pendidikan dari
sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an maupun al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal
pokok yang patut diperhatikan dari pengertian Filsafat Pendidikan Islam:[6]
a.
Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan
al-Qur’an/al-Hadis dalam rangka merumuskan konsep dasar pendidikan islam.
Artinya, Filsafat Pendidikan Islam memberikan jawaban bagaimana pendidikan
dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntunan nilai-nilai Islam. Misalnya saja
ketika muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan Islam menghadapi peluang
dan tantangan millenium II, maka Filsafat Pendidikan Islam melakukan kajian
mendalam dan menyeluruh, sehingga melahirkan konsep pendidikan islam yang akan
diaktualisasikan di era millenium III.
b.
Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka mengatasi berbagai
probelam yang dihadapi pendidikan islam. Misalnya ketika suatu konsep
pendidikan islam diterapkan dan ternyata dihadapkan kepada berbagai problema,
maka ketika itu dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi problema tadi.
Aktivitas melakukan kajian menghasilkan konsep dan prilaku mengatasi problem
pendidikan islam tersebut merupakan
makna dari Filsafat Pendidikan Islam.
Sebenarnya
antara kajian mendalam, menyeluruh dan spekulatif merumuskan konsep dasar
pendidikan islam dengan pikiran mengatasi problematika pendidikan Islam sulit
untuk dapat dipisahkan secara tegas, sebab ketika suatu problem pendidikan
islam dipecahkan melalui hasil sebuah kajian mendasar menyeluruh, maka hasil tersebut sesungguhnya menjadi
konsep dasar pelaksanaan pendidikan islam selanjutnya. Sebaliknya ketika suatu
rumusan pemikiran pendidikan islam dibuat, misalnya konsep pendidikan di era
globalisasi yang penuh persaingan kualitatif maka sebetulnya konsep yang
dihasilkan tadi merupakan antisipatif menghadapi problem pendidikan islam di
era millenium III yang di tandai globalisasi informasi dan persaingan
kualitatif. (Syar’I,2005)
Perpaduan
antara agama dan akal fikiran membuat kita untuk menjelaskan persoalan khusus
(misalnya tentang universalisme), pemikiran pengakuan, dan menjawab
keberatan-keberatan utama yang ditujukan pada solusi Aristotealismenya, yaitu
dengan menyempurnakan metode skolastiknya. (Tedd,2001)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Filsafat
Pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang mengkaji, mencari, menganalisa,
membahas secara filosofis tentang hakikat pendidikan islam, baik secara
konseptual, maupun operasional, serta menggunakan jasa filosofis dalam mencari
alternatif paling efektif bagi pemecahan problema pendidikan islam yang
berdasar dan bersandar pada sistem kebenaran yang mutlak yaitu al-Qur'an dan
al-Hadits serta pandangan filosofis muslim sehingga dapat memberikan perbaikan
dan pengembangan terhadap pendidikan Islam.
Pemikiran dan kajian tentang
Filsafat Pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok, yaitu: penelaahan tentang
filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam. Karena itu, setiap orang
yang berminat dan menerjunkan diri dalam dunia Filsafat Pendidikan Islam
seharusnya memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat, pendidikan dan
Islam.
Kajian dan pemikiran mengenai
pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang sangat luas dan menyeluruh
bahkan seluruh aspek kebutuhan dan atau kehidupan umat manusia, khususnya umat
islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan
Pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat manusia.
Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya dalam rangka mencapai tujuan
hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan islam sebetulnya
sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D. Marimba (1989)
sesungguhnya tujuan pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim.[7]
Sebagaimana
filsafat pendidikan pada umumnya, maka filsafat pendidikan islam juga
menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni
pendidikan Islam. Filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan
orang-orang yang berkerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. (Omar
Mohammad al-Toumy al-Syaibany,1973)
Filsafat
pendidikan Islam yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah pendidikan tak
dapat dilepaskan dari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk menyempurnakan
akhlak. Kemudian penyempurnaan akhlak terkait pula dengan hakikat penciptaan
manusia, yakni menjadi pengabdi Allah yang setia, maka manusia juga tak dapat
melepaskan statusnya selaku khalifah Allah di muka bumi. (Jalaludin,2011)
Filsafat
pendidikan Islam pada hakikat berada pada permasalahan-permasalahan dari ketiga
factor yaitu: (1) hakikat penciptaan, (2) akhlak mulia, dan (3) tugas khalifah
yang diamatkan pada manusia. Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan Islam
tak dapat dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri.
Menurut Khursyid Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat
dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan
masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya setiap system pendidikan terdiri dari
seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma dan nilai-nilai tertentu, dan
didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu.
Dalam
pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, filsafat pendidikan ialah
pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam pendidikan. Titik
berat filsafat pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan
masalah-masalah pendidikan secara praktis. Dengan demikian ruang lingkup kajian
filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar
filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya
penyelesaian pendidikan Islam.[8]
Selanjuatnya
Omar Mohhammad al-Toumy al-Syaibany (1979), mengemukakan lima prinsip dasar
dalam kajian filsafat pendidikan Islam. Kelima prinsip dasar tersebut mencakup:
(Jlaludin,2011)
- Pandangan Islam terhadap jagat raya.
- Pandangan Islam terhadap manusia.
- Pandangan Islam terhadap masyarakat.
- Pandangan Islam terhadap pengetahuan manusia.
- Pandangan Islam terhadap akhlak.
Ruang
lingkup kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang
berhubungan dengan sistem pendidikan itu sendiri. Adapun komponen-komponen yang
termasuk dalam sistem pendidikan Islam itu, antara lain dasar yang melandasi
pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan
Islam. Untuk mencapai tujuan dimaksud, maka perlu ada rumusan mengenai siapa
yang dididik, siapa pelaksannya, bagaimana cara penyelengaraannya, sarana dan
prasarana apa yang diperlukan, materi apa yang diberikan, bagaimana caranya,
kondisi apa yang perlu diciptakan, serta bagaimana mengukur tingkat
pencapainya. (Jalaludin,2011)
Dengan
demikian ruang lingjup kajian filsafat pendidikan Islam adalah identik dengan
Islam itu sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia secara menyeluruh
yang terkait dengan maslah pendidikan.
1.
Ontologi
Ontologi merupakan
analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan.Berisi mengenai hal-hal
yang bersifat empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui
manusia dan objek apa yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah
objek materi pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan.
Jadi hubungan ontologi
dengan pendidikan menempati posisi landasan yang terdasar dari fondasi ilmu
dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya dunia ilmu.
2.
Epistemologi
Epistemologi adalah
pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah satu cabang
filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, metode atau caraa memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta atau kenyataan dari
sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat diverifikasi
atau dibuktikan kebenarannya.
Jadi hubungan
epistemologi dengan pendidikan adalah untuk mengembangkan ilmu secara produktif
dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai
kebenaran yang diajarkan dalam proses pendidikan.
3.
Aksiologi
Aksiologi mempelajari mengenai
manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan,menyelidiki hakikat
nilai,serta berisi mengenai etika dan estetika.Penerapan aksiologi dalam
pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan
kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik
itu,selain itu adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai
estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia.
Dasar Aksiologis Pendidikan
adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom
tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi
pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.
Filsafat
Pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang mengkaji, mencari, menganalisa,
membahas secara filosofis tentang hakikat pendidikan islam, baik secara
konseptual, maupun operasional, serta menggunakan jasa filosofis dalam mencari
alternatif paling efektif bagi pemecahan problema pendidikan islam yang
berdasar dan bersandar pada sistem kebenaran yang mutlak yaitu al-Qur'an dan
al-Hadits serta pandangan filosofis muslim sehingga dapat memberikan perbaikan
dan pengembangan terhadap pendidikan Islam.
Ruang
lingjup kajian filsafat pendidikan Islam adalah identik dengan Islam itu
sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia secara menyeluruh yang terkait
dengan maslah pendidikan.
Menurut etimologi, epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori).
Secara terminologi, epistemologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang
metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan
batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu.
Aksiologi membahas
tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari kata axio dan logos,
axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal, teori,
axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria dan status
metafisik dari nilai.
Ahmad, Mudlor. 1994. Ilmu Dan Keinginan Tabu
(Epistemologi Dalam Filsafat). Bandung: Trigenda Karya.
Arief, Armai.
2002. Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pres.
Idi, Jalaluddin
Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Margono, Soejono Soe. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Muhmidayeli.
2011. Filsafat Pendidikan. Bandung:
Refika Aditama.
Mustansyir, Rizal dan
Munir, Misnal. 2001. Filsafat Ilmu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Qomar, Mujamil.
2005. Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional Hingga Metode
Kritik. Jakarta: Erlangga.
Shamad, Abd dkk. 2012. Filsafat: Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi, di akses dari http://philosopherscommunity.blogspot.com pada
tanggal 18 Oktober 2014 pukul 13:15 WibSurajiyo. 2005. Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Soyomukti, Nuraini.
2011. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Susanto, A. 2001. Filsafat
Ilmu. Jakarta: Bumi Aksara.
Syam, Nina W.
2010. Filsafat Sebagai Akar Ilmu
Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama.
Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat
Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
[1] Ahmad, Mudlor. 1994. Ilmu Dan Keinginan Tabu
(Epistemologi Dalam Filsafat). Bandung: Trigenda Karya,hal. 45
[2] Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan
Islam. Jakarta: Ciputat Pres, hal. 67
[3]
ibid, hal. 68
[4] Ibid,
hal. 69
[5] ibid
[6]
Idi, Jalaluddin
Abdullah. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama, hl. 95
[7]
Margono, Soejono Soe. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.hal. 125
[8] Muhmidayeli.
2011. Filsafat Pendidikan. Bandung:
Refika Aditama, hl. 87
Awalnya aku hanya mencoba main togel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku buka internet mencari aki yang bisa membantu orang akhirnya di situ lah ak bisa meliat nmor nya AKI NAWE terus aku berpikir aku harus hubungi AKI NAWE meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasip sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang aki.ternyata alhamdulillah AKI NAWE bisa membantu saya juga dan aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan AKI NAWE dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,kita yang penting kita tdk boleh putus hasa dan harus berusaha insya allah kita pasti meliat hasil nya sendiri. siapa tau anda berminat silakan hubungi AKI NAWE Di Nmr 085--->"218--->"379--->''259'
BalasHapus