Kamis, 12 Januari 2017

Makalah "Al-Farabi"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Al-Farabi adalah salah satu pemikir dalam pendidikan islam yang dikenal juga sebagai guru kedua setelah Aristoteles. Dimana dalam kehidupannya Al-Farabi selalu menimba ilmu pengetahuan baik ilmu agama dan umum. Dengan berbagai ilmu yang diperolehnya  , Al- Farabi menjadi seorang ahli  filosof yang terkenal . Dalam  perjalanan hidupnya, Al-Farabi tidak begitu puas dengan ilmu yang diperolehnya ditempat ia dilahirkan, sehingga ia bermukim di kota Bagdad untuk belajar bersama para filosof dan sarjana kenamaan lainnya. Oleh karena itu, kegigihan Al-Farabi sehingga ia disebut seorang ahli filsafat.Untuk lebih jelasnya dalam memahami kehidupan al-Farabi, maka dalam makalah yang sederhana ini penulis akan mengulas perjalanan Al-Farabi tentang biografi, latar belakang pemikirannya, karya-karya dan lain-lain.


A.    Rumusan Masalah
                   berdasarkan latar belakang  yang telah di uraikan di atas maka dapat di rumuskan rumusan masalah sebagai berikut “ bagaimana cara mengetahui pemikiran al farabi tentang pendidikan  islam ?
B.     Tujuan Penelitian
Agar para pembaca dapat mengetahui tentang pemikiran tokoh islam tentang pendidikan islam yang di kemukakan oleh al farabi,dan mengetahui pahlawan yang sangat berjasa dalam perkembangan islam dan semoga kita bisa mengikuti pemikiran dan keperibadian al farabi.





BAB II
PEMBAHASAN

     A . RIWAYAT SINGKAT HIDUP AL-FARABI
           AL-Farabi nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkan ibn Auzalagh. Dikalangan orang-orang latin abad tengah, Al-Farabi lebih dikenal dengan Abu Nashr. Ia lahir di Wasy, distrik Farab (sekarang dikenal dengan kota Atrar), Tukistan pada 257 H (870 M). Ayahnya seorang jendral berkebangsaan Persia dan ibunya berkebangsaan Turki.
           Beliau adalah seorang Tabib yang kenamaan, seorang ahli ilmu pasti dan seorang filsuf yang ulung. Ia juga terkenal sebagai ahli dalam bahasa Arab, Parsi, Suria, dan Turki. Beliau melebihi Al-Kindi baik memberi penjelasan dan tafsir umum maupun dalam menerjemahkan dan menyusun kembali dari sisi kitab-kitab filsafat Yunani. Dengan demikian maka beliau dianggap sebagai yang paling terpelejar dan tajam diantara para komentator karya Aristoteles. Karangan beliau tidak kurang dari 128 kitab. Kemudian beliau wafat pada usia 80 tahun tepat 337 H (950 M).[2]
C. Pemikiran-Pemikiran Al-Farabi
Selain dari pendidikan dan bakat yang dilalui dan dimilikinya, lingkungan juga turut menentukan jalan fikirannya. Dewasa itu filsafat sudah berkembang sedemikian rupa, kajian-kajian ilmiah sudah demikian maju, lebih-lebih dengan adanya batul hikmah. Kemajuan dan kebebasan berfikir dalam dunia islam ketika itu membenarkan dampak positif kepada Al-Farabi untuk tempil sebagai filosof yang menguasai berbagai cabang ilmu seperti : ilmu alam, matematika, astronomi dan lain-lain.
Analisa-analisa tentang filsafat Yunani yang diterimanya dari guru-gurunya atau yang dibacanya dari risalah-risalah Al-Kindi dan buku-buku filsafat yang sudah banyak diterjemahkan orang ke dalam bahasa Arab sungguh mempengaruhi pemikiran Al-Farabi. Diantara aliran filsafat Yunani yang mempengaruhinya ialah filsafat Plato, Aristoteles, dan Neoplatonisme. Misalnya : tentang teori Negara utama ia dipengaruhi filsafat Plato, dalam soal metafisika ia dipengaruhi oleh Aristoteles dan mengenai Emanasi ia dipengaruhi oleh Platinus.
Selain itu ia sebagai seorang muslim yang telah mempelajari pelajaran agama dengan baik ia pun mendapat pengaruh dari ajaran tersebut. Disini Al-Farabi juga menyesuaikan filsafatnya dengan ajaran islam, seperti : filsafatnya tentang kenabian ia mengakui adanya nabi, dan nabi itu lebih tinggi dari filosof. Dimana maksudnya nabi mempunyai mukzijat sedangkan filosof hanya menggunakan akal pikiran untuk berfilsafat. Dengan demikian dasar pemikiran filsafat yang digunakan Al-Farabi yaitu memadukan ajaran filsafat dengan ajaran agama.[9]


D. Analisis
a. Kekuatan
Setelah memahami dan memaparkan tentang riwayat hidup serta pendidikan yang dilalui Al-Farabi, penulis dapat menjelaskan bahwa adanya suatu keinginan serta kekuatan yang dimiliki Al-Farabi dalam berfilsafat sebagai ia disebut al-Muallim al-tsani (guru kedua).
b. Kelemahan
Kita ketahui bahwa Al-Farabi merupakan orang pertama dan terkemuka sebagai sarjana dan pencari kebenaran. Akan tetapi disamping itu Al-Farabi memiliki kelemahan dalam politik kenegaraan disebabkan karena ia lebih sibuk dalam urusan menimba ilmu pengetahuan untuk mengembangkan ilmu logika yang dimilikinya.
c. Kontribusi
Sesuai dengan penjelasan di atas, walaupun Al-Farabi lemah dalam kegiatan kenegaraan. Maka sebaiknya Al-Farabi harus berusaha lebih ikut serta dalam kegiatan kenegaraan. Karena kita ketahui bahwa, kita hidup dan tinggal dalam wilayah suatu Negara dan yang memiliki pemerintahan.






BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Al-Farabi nama lengkapnya Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad Ibn Tarkhan ibn Auzalagh. Pendidikannya sejak kecil suka belajar dan ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam lapangan bahasa. Adapun karya-karyanya antara lain :
- Syuruh risalah aainun al-kabir al-yunani
- Al-ta’liqat
- Risalah fima yajibu ma’rifat qabla ta’alullmi Al-Falsafah.
Adapun pemikiran filsafat Al-Farabi dipengaruhi oleh filsafat Yunani seperti : filsafat Plato, Aristoteles, dan Neoplatanisme./andasayabisa

0 komentar:

Posting Komentar