Rabu, 25 Mei 2016

Tajwid Cinta (bukan cinta nafsu)



TAJWID CINTA
Dia adalah anak tunggal dari salah satu keluarga bangsawan yang terpandang di kampung dengan bermodal memegang teguh norma adat dan norma agama. Hurairah namanya, Setiap hari dia di bubuhi pesan-pesan agama oleh kedua orang tuanya agar menjadi gadis yang jauh dari pergaulan bebas masa kini, terkadang dia merasa tertekan dengan semua keadaan itu, keluar rumah tanpa hal jelas tidak di kasih kalau di kasih keluar wajib di anter ke tempat tujuan. Sebagai anak bangsawan dia harus pandai beretika dan bersopan santun dengan baik, gadis ini terlihat cengeng, jauh dari hal-hal baru, segala sesuatu yang berhubungan dengannya harus melewati ayah nya, soal cinta jangan di tanya tentu saja semua laki-laki yang berhubungan dengannya harus di ketahui oleh ayahnya. Keluarga yang begitu rumit dan penuh aturan bila di lihat dari kaca mata zaman sekarang.
Setelah selesai sekolah Aliyah dia hanya seorang ustazah yang membantu ayahnya mengajarkan ngaji kepada anak-anak kecil di kampungnya, kemerduan suaranya dalam melantunkan ayat-ayat suci menggetarkan hati setiap orang yang mendengarkannya. Karna keluhuran budinya itu banyak laki-laki yang menaruh hati kepadanya, tapi tak satupun berani mendekatinya karna keluarganya yang begitu terpandang.
Sebagai seorang gadis desa yang terjerat aturan keluarga dia tampak bahagia dengan semuanya, keceriaan selalu menghiasi wajah cantiknya, senyumnya merekah penuh canda tawa bersama anak-anak kampung yang dia ajari . inilah gadis yang berteman dengan anak-anak kecil walaupun usianya jauh dari anak-anak kecil, kadang-kadang ia seperti pemain wayang di hadapan ana-anak itu, terkadang ia bagai air salju yang membeku penuh malu berselimut ketawaddu`an di hadapan kaum adam yang ingin mengajak ia untuk berbicara, tak ada satu peluangpun bagi mereka untuk mendekati gadis itu. Dia tak seperti gadis lain yang menampangkan wajahnya pada jendela facebook dengan semua style atau gaya yang ia tampakkan , dia tak mengumbar aurat seperti gadis yang lain, dia tak menyibukkan dirinya dengan melakukan sesuatu hal yang membuat ia lupa akan pesan agamanya.
Dia tampak indah natural tak terjamah bahan-bahan kecantikan di mukanya, dia gadis biasa dan apa adanya. Penghiasnya adalah al-qur`an, al-qur`an menjadi temannya, penghalus hatinya, yang bersemayam dalam hatinya. Sebagai gadis dia juga punya cinta, cinta yang ia punya di peruntukkan kepada sang Pencipta, kepada nabinya, dan kepada kedua orang tuanya dan semua keluarganya. Dia tak mengenal cinta kepada lawan jenisnya, jiwanya terpelihara, cintanya terjaga dalam kesucian cinta.
Kedatangan laki-laki di hadapannya mungkin hanya dalam mimpi, teman-teman laki-lakinya pun jarang berinteraksi karna kepribadiannya itu, tak jarang ia menerima cacian dan kata-kata kotor yang tak tahan akan sikapnya terhadap lawan jenisnya, “gadis sombong, gadis munafik, gadis tak tau diri”. Bagi Hurairah kata ini sudah tak asing di telinganya bahkan tak di perhatikan bila yang berbicara adalah kaum adam. Bukan ia tak mau balas menyapa atau cuek akan dunia pergaulan tapi rasa malunya yang selalu memberikan isyarat kepadanya bahwa itu tak pantas di lakukan, bila ia berbicara sangat simple, dan lansung poinnya, ia tidak memperpanjang kalam demi meraih simpatisan orang ataupun menuntut perhatian orang.
Jilbab yang sempurna menutup semua lekukan tubuhnya terkadang ia terbungkus cadar pada mukanya semua serba tertutup, sempat ia di tanya dengan kawannya “ hurairah kok pakai cadar apa dak gerah nanti di kira aliran sesat lagi? Tapi dia menjawab dengan tenang “dengan satu alasan ku melakukannya seperti itu karna ku tidak ingin terjerat fitnah hanya suamiku lah yang berhak menerima kesucian ku, bila ku sudah mendapatkan imamku, sku hanya akan menuruti semua kata-kata imamku tentang cadar yang menutupi mukaku ini” jawabnya singkat, temannya pun diam seribu bahasa dengan jawaban hurairah.
Ketika bulan suci ramadhan tiba semua menyambutnya dengan gembira, tim safari dari perguruan tinggi dari luar daerah memasuki kampung yag masih kental dengan adat itu mereka masuki. Atas keinginan mereka ingin mensyi’arkan dan mengamalkan ilmu yang telah mereka dapatkan, ramadhan di kampung itu sekarang berbeda lebih meriah dan lebih khusuk di temani para muballig muda yang mensyi`arkan agama di kampung itu. Tak di sangka setelah beberapa hari mensyi`arkan agam di kampung itu tampaknya salah satu da`i itu memperhatikan  gadis anak bangsawan ini, dalam diam menaruh perasaan kepada gadis itu, dia ingin sekali berta`arruf dengan dia tapi rasa malu menyelimuti hati sang muballig muda ini.
Muballig ini selalu saja memikirkan tentang gadis bangsawan itu, setelah sang dai ini selesai ceramah, ia menyelipkan secarik kertas dalam kitab yang ia akan berikan kepada gadis itu. Gadis bangsawan ini hatinya berdegup kencang, baru kali ini dia di sapa oleh seorang da`i dalam masjid dan di berikan al-qur`an oleh seorang laki-laki di dalam masjid tanpa sebuah kecurigaan yang belebihan gadis itu mengambil al-qur`an itu. Ketika tadarrusan di membuka al-qur`an itu dengan penuh kekhusuan dan kehati-hatian sembari dia tetap menundukkan pandangannya di hadapan para muballig itu.
Secarik kertas itu ia jumpai pada halaman pertama kitab itu, di sana jelas tertulis “ assalamualaikum ukhti ...........salam ku pada gadis berparas bidadari, ku ingin mengenalmu, ukhti, lama ku memperhatikanmu di bawah perasaan malu ku, dalam diam ku terhanyut indahnya perangaimu. Maukah kau berkenalan dengan ku walaupun melewati secarik kertas ini,,,,,salam bukhari. Hatinya berdebar membaca tulisan di secarik kertas itu, gadis ini tertegun penuh diam. Setelah mengaji beberapa lembar dia lansung pulang dengan terburu-buru, tetapi tetap dia membawa al-qur`an  dengan memeluknya.
Hati sang muballig begitu cemas dan serba bersalah atas apa yang ia lakukan karna secarik kertas itu tak kunjung di tanggapi oleh gadis itu, dia menunggu malam demi malam ia menunggu balasannya tapi tak kunjung ia dapatkan, dia pasrah dengan semuanya hingga ia tak memikirkan gadis itu lagi. Tak di sangka setelah muballig ini selesai ceramah pada malam itu tampak anak kecil memberika secarik kertas pada muballig itu. Dalam secarik kertas itu terlihat goresan tangan gadis itu,” assalamualaikum akhi fillah...... ku gadis kampung yang bertahta dalam aturan keluarga, jauh dari hal-hal yang modern, di sinilah ku bermain dengan anak-anak kecil di kelilingku, apa yang perlu akhi ketahui dari gadis desa sepertiku ini, sungguh tak ada untungnya bagi  akhi bukhari.”
            Selang beberapa hari surat menyurat di antara mereka mulai terhubung kembali kini hati bukhari kian mantap, ta`arrupan itu kembali ia layangkan lewat secarik kertas putih tercoret tita hitam di atasnya. “ assalamualaikum ukhti hurairah.... sudah lama ku menanyakan dirimu pada teman mu Ayu, dia yang menjelaskan ku akan kepribadianmu, ku ingin melamarmu ku ingin mempersunting mu menjadi kekasih ku. Aku tau ini begitu cepat ku ungkapkan, aku tak ingin lagi menunggu terlalu lama, tunggulah sebentar saja, ku akan menjemputmu di titian mihrab cinta kita. Cintaku tak ubah seperti hukum bacaan ikhfak haqiqi, yang samar-samar terlihat namun begitu jelas ku rasakan dalam lubuk hatiku ini semoga kau mengerti......... salam bukhari.”..
            Cinta dalam hati Hurairah tak bisa di pungkiri lagi dia sudah terpanah cinta sang pujangga muballik Bukhari, terkesan begitu bahagianya hurairah menerima surat itu senyuman yang indah, matanya penuh harap dan sudah tak sabar ingin membacanya. Tapi sayang begitu malang nasib surat itu, ia tak sempat terbaca oleh lidah Hurairah, goresan tangan bukhari tak sempat ia lihat, suratnya dalam genggaman tapi tulisan tak di perlihatkan. “ dari siapa surat itu nak?” ayah dengan muka marah. “Bukan dari siapa-siapa yah” jawabnya. “Biar ayah yang pegang ya, kan bukan dari siapa-siapa”. Tangan hurairah menjadi kaku, dia ingin membaca surat itu tapi tangan ayah menjulurkan tangannya, dengan berat hati hurairah memberikan surat itu kepada ayah.
            Setelah kejadian itu hurairah tak di izinkan solat tarawih di masjid dan tadarrus al-qur`an seperti biasa, hati bukhari semakin cemas, karna tak kunjung menerima balasan dari gadis bangsawan itu, terlalu lama ia menunggu malam demi malam hurairah tak kunjung solat berjamaah di masjid hingga hatinya membeku terhadap hurairah. Merasa cintanya tak terbalaskan ia membuang perasaan itu dengan sepercik kekecewaan yang ada dalam hatinya, sampai pada saatnya bukhari menyelesaikan safari ramadhannya di kampung itu, tapi hurairahpun tak kunjung terlihat di depannya, dengan merunduk ia berjalan meninggalkan kampung itu dan ia menengok sekali lagi di perbatasan kampung tampak anak kecil berlari mengejar rombongan itu, setelah anak kecil itu di antara mereka, anak kecil itu memberikan al-qur`an kepada bukhari tanpa sedikitpun berbicara kepada bukhari, lantas bukhari mengambil al-qur`an itu dan berterimakasih kepada anak kecil itu.
            Bukhari sudah paham yang memberikan anak kecil itu dan menyuruh menghantarkan kepada bukhari adalah gadis bangsawan itu, dengan penuh kekecewaan Bukhari menaruh al-qur`an itu di dalam tasnya dan berlalu meninggalkan kampung itu. Hari demi hari bayang hurairah tetap berada di ingatannya walaupun sekarang ia tidak berada di dalam kampung itu lagi. Malam demi malam ia isi dengan solat istikharah meminta petunjuk kepada Allah tapi tak juga ia menemukan petunjuk dalam mimpinya, hatinya cemas karna hanya hurairah yang selalu ia pikirkan, hingga pada suatu malam ia membuka al-qur`an yang telah di berikan oleh anak kecil kepadanya dan setelah ia membuka ada secarik kertas kecil dalam lembaran al-qur`an itu dan tertulis indah di atasnya, “ku akan menunggumu sampai kapanpun.... hurairah”. Tak di sangka dak tak pernah ia menduga ternyata hurairah sedang menunggunya di seberang pulau sana, hatinya begitu bersemangat ingin segera melamar hurairah sang kekasih hatinya.
            Hurairah tak beranjak dari keyakinannya bahwa suatu hari nanti Bukhari sang kekasih hati akan menjemputnya menjadi makmum sejati bukhari. Setiap hari dia berada di dekat jendela yang mengarah pada gerbang rumahnya, tapi hari ini berbeda angin pagi itu terasa menyejukkan hatinya, burung-burung berkicau dengan merdunya pada ranting-ranting pohon. Tampak seorang yang tak asing bersam salah seorang yang agak tua bersamanya berdiri di depan gerbangnya dan kini memasuki rumahnya, Bukhari kekasih hati hurairah, Bukhari dan ayahnya mendatangi keluarga hurairah karna ingin melamar hurairah dan ingin menikahi gadis bangsawan itu. Niat baik bukhari di sambut hangat oleh keluarga gadis bangsawan itu. Penantian panjang itu sudah berakhir dengan pertemuannya dan dalam ikatan cinta suci mereka, surat bukhari yang di kirim  dahulu di berikan kepada hurairah dan hari itulah hurairah membaca surat bukhari di saksikan semua keluarganya.
            Inilah kisah tajwid cinta yang tak sempat terekam oleh akal pikiran dan rasio manusia karna kesuciannya tapi begitu jelas keyakinan akan cinta di hati mereka. Keyakinan mereka mempertemukan mereka kembali dalam ikatan suci dia tak mengenal kemudian melumui huungannya dengan dosa tapi mereka bertahta dalam diam dan menyerahkan semuanya kepada Allah, kisah cinta suci mereka terhalang penantian panjang dan kini ia bahagia karna bertemunya dengan kekasih hatinya.

0 komentar:

Posting Komentar