TAJWID CINTA
Dia adalah anak tunggal dari salah satu
keluarga bangsawan yang terpandang di kampung dengan bermodal memegang teguh
norma adat dan norma agama. Hurairah namanya, Setiap hari dia di bubuhi
pesan-pesan agama oleh kedua orang tuanya agar menjadi gadis yang jauh dari
pergaulan bebas masa kini, terkadang dia merasa tertekan dengan semua keadaan
itu, keluar rumah tanpa hal jelas tidak di kasih kalau di kasih keluar wajib di
anter ke tempat tujuan. Sebagai anak bangsawan dia harus pandai beretika dan
bersopan santun dengan baik, gadis ini terlihat cengeng, jauh dari hal-hal
baru, segala sesuatu yang berhubungan dengannya harus melewati ayah nya, soal
cinta jangan di tanya tentu saja semua laki-laki yang berhubungan dengannya
harus di ketahui oleh ayahnya. Keluarga yang begitu rumit dan penuh aturan bila
di lihat dari kaca mata zaman sekarang.
Setelah selesai sekolah Aliyah dia hanya
seorang ustazah yang membantu ayahnya mengajarkan ngaji kepada anak-anak kecil
di kampungnya, kemerduan suaranya dalam melantunkan ayat-ayat suci menggetarkan
hati setiap orang yang mendengarkannya. Karna keluhuran budinya itu banyak
laki-laki yang menaruh hati kepadanya, tapi tak satupun berani mendekatinya
karna keluarganya yang begitu terpandang.
Sebagai seorang gadis desa yang terjerat
aturan keluarga dia tampak bahagia dengan semuanya, keceriaan selalu menghiasi
wajah cantiknya, senyumnya merekah penuh canda tawa bersama anak-anak kampung
yang dia ajari . inilah gadis yang berteman dengan anak-anak kecil walaupun
usianya jauh dari anak-anak kecil, kadang-kadang ia seperti pemain wayang di
hadapan ana-anak itu, terkadang ia bagai air salju yang membeku penuh malu
berselimut ketawaddu`an di hadapan kaum adam yang ingin mengajak ia untuk
berbicara, tak ada satu peluangpun bagi mereka untuk mendekati gadis itu. Dia
tak seperti gadis lain yang menampangkan wajahnya pada jendela facebook dengan
semua style atau gaya yang ia tampakkan , dia tak mengumbar aurat seperti gadis
yang lain, dia tak menyibukkan dirinya dengan melakukan sesuatu hal yang
membuat ia lupa akan pesan agamanya.
Dia tampak indah natural tak terjamah
bahan-bahan kecantikan di mukanya, dia gadis biasa dan apa adanya. Penghiasnya
adalah al-qur`an, al-qur`an menjadi temannya, penghalus hatinya, yang bersemayam
dalam hatinya. Sebagai gadis dia juga punya cinta, cinta yang ia punya di
peruntukkan kepada sang Pencipta, kepada nabinya, dan kepada kedua orang tuanya
dan semua keluarganya. Dia tak mengenal cinta kepada lawan jenisnya, jiwanya
terpelihara, cintanya terjaga dalam kesucian cinta.
Kedatangan laki-laki di hadapannya
mungkin hanya dalam mimpi, teman-teman laki-lakinya pun jarang berinteraksi
karna kepribadiannya itu, tak jarang ia menerima cacian dan kata-kata kotor
yang tak tahan akan sikapnya terhadap lawan jenisnya, “gadis sombong, gadis
munafik, gadis tak tau diri”. Bagi Hurairah kata ini sudah tak asing di
telinganya bahkan tak di perhatikan bila yang berbicara adalah kaum adam. Bukan
ia tak mau balas menyapa atau cuek akan dunia pergaulan tapi rasa malunya yang
selalu memberikan isyarat kepadanya bahwa itu tak pantas di lakukan, bila ia
berbicara sangat simple, dan lansung poinnya, ia tidak memperpanjang kalam demi
meraih simpatisan orang ataupun menuntut perhatian orang.
Jilbab yang sempurna menutup semua
lekukan tubuhnya terkadang ia terbungkus cadar pada mukanya semua serba
tertutup, sempat ia di tanya dengan kawannya “ hurairah kok pakai cadar apa dak
gerah nanti di kira aliran sesat lagi? Tapi dia menjawab dengan tenang “dengan
satu alasan ku melakukannya seperti itu karna ku tidak ingin terjerat fitnah
hanya suamiku lah yang berhak menerima kesucian ku, bila ku sudah mendapatkan
imamku, sku hanya akan menuruti semua kata-kata imamku tentang cadar yang
menutupi mukaku ini” jawabnya singkat, temannya pun diam seribu bahasa dengan
jawaban hurairah.
Ketika bulan suci ramadhan tiba semua
menyambutnya dengan gembira, tim safari dari perguruan tinggi dari luar daerah
memasuki kampung yag masih kental dengan adat itu mereka masuki. Atas keinginan
mereka ingin mensyi’arkan dan mengamalkan ilmu yang telah mereka dapatkan,
ramadhan di kampung itu sekarang berbeda lebih meriah dan lebih khusuk di
temani para muballig muda yang mensyi`arkan agama di kampung itu. Tak di sangka
setelah beberapa hari mensyi`arkan agam di kampung itu tampaknya salah satu
da`i itu memperhatikan gadis anak
bangsawan ini, dalam diam menaruh perasaan kepada gadis itu, dia ingin sekali
berta`arruf dengan dia tapi rasa malu menyelimuti hati sang muballig muda ini.
Muballig ini selalu saja memikirkan
tentang gadis bangsawan itu, setelah sang dai ini selesai ceramah, ia
menyelipkan secarik kertas dalam kitab yang ia akan berikan kepada gadis itu.
Gadis bangsawan ini hatinya berdegup kencang, baru kali ini dia di sapa oleh
seorang da`i dalam masjid dan di berikan al-qur`an oleh seorang laki-laki di
dalam masjid tanpa sebuah kecurigaan yang belebihan gadis itu mengambil
al-qur`an itu. Ketika tadarrusan di membuka al-qur`an itu dengan penuh
kekhusuan dan kehati-hatian sembari dia tetap menundukkan pandangannya di
hadapan para muballig itu.
Secarik kertas itu ia jumpai pada
halaman pertama kitab itu, di sana jelas tertulis “ assalamualaikum ukhti ...........salam ku pada gadis berparas
bidadari, ku ingin mengenalmu, ukhti, lama ku memperhatikanmu di bawah perasaan
malu ku, dalam diam ku terhanyut indahnya perangaimu. Maukah kau berkenalan
dengan ku walaupun melewati secarik kertas ini,,,,,salam bukhari. Hatinya
berdebar membaca tulisan di secarik kertas itu, gadis ini tertegun penuh diam.
Setelah mengaji beberapa lembar dia lansung pulang dengan terburu-buru, tetapi
tetap dia membawa al-qur`an dengan
memeluknya.
Hati sang muballig begitu cemas dan
serba bersalah atas apa yang ia lakukan karna secarik kertas itu tak kunjung di
tanggapi oleh gadis itu, dia menunggu malam demi malam ia menunggu balasannya
tapi tak kunjung ia dapatkan, dia pasrah dengan semuanya hingga ia tak
memikirkan gadis itu lagi. Tak di sangka setelah muballig ini selesai ceramah
pada malam itu tampak anak kecil memberika secarik kertas pada muballig itu.
Dalam secarik kertas itu terlihat goresan tangan gadis itu,” assalamualaikum akhi fillah...... ku gadis kampung yang bertahta
dalam aturan keluarga, jauh dari hal-hal yang modern, di sinilah ku bermain
dengan anak-anak kecil di kelilingku, apa yang perlu akhi ketahui dari gadis
desa sepertiku ini, sungguh tak ada untungnya bagi akhi bukhari.”
Selang
beberapa hari surat menyurat di antara mereka mulai terhubung kembali kini hati
bukhari kian mantap, ta`arrupan itu kembali ia layangkan lewat secarik kertas
putih tercoret tita hitam di atasnya. “
assalamualaikum ukhti hurairah.... sudah lama ku menanyakan dirimu pada teman
mu Ayu, dia yang menjelaskan ku akan kepribadianmu, ku ingin melamarmu ku ingin
mempersunting mu menjadi kekasih ku. Aku tau ini begitu cepat ku ungkapkan, aku
tak ingin lagi menunggu terlalu lama, tunggulah sebentar saja, ku akan
menjemputmu di titian mihrab cinta kita. Cintaku tak ubah seperti hukum bacaan
ikhfak haqiqi, yang samar-samar terlihat namun begitu jelas ku rasakan dalam
lubuk hatiku ini semoga kau mengerti......... salam bukhari.”..
Cinta dalam hati Hurairah tak bisa di
pungkiri lagi dia sudah terpanah cinta sang pujangga muballik Bukhari, terkesan
begitu bahagianya hurairah menerima surat itu senyuman yang indah, matanya
penuh harap dan sudah tak sabar ingin membacanya. Tapi sayang begitu malang
nasib surat itu, ia tak sempat terbaca oleh lidah Hurairah, goresan tangan
bukhari tak sempat ia lihat, suratnya dalam genggaman tapi tulisan tak di
perlihatkan. “ dari siapa surat itu nak?” ayah dengan muka marah. “Bukan dari
siapa-siapa yah” jawabnya. “Biar ayah yang pegang ya, kan bukan dari
siapa-siapa”. Tangan hurairah menjadi kaku, dia ingin membaca surat itu tapi
tangan ayah menjulurkan tangannya, dengan berat hati hurairah memberikan surat
itu kepada ayah.
Setelah
kejadian itu hurairah tak di izinkan solat tarawih di masjid dan tadarrus
al-qur`an seperti biasa, hati bukhari semakin cemas, karna tak kunjung menerima
balasan dari gadis bangsawan itu, terlalu lama ia menunggu malam demi malam
hurairah tak kunjung solat berjamaah di masjid hingga hatinya membeku terhadap
hurairah. Merasa cintanya tak terbalaskan ia membuang perasaan itu dengan
sepercik kekecewaan yang ada dalam hatinya, sampai pada saatnya bukhari
menyelesaikan safari ramadhannya di kampung itu, tapi hurairahpun tak kunjung
terlihat di depannya, dengan merunduk ia berjalan meninggalkan kampung itu dan
ia menengok sekali lagi di perbatasan kampung tampak anak kecil berlari
mengejar rombongan itu, setelah anak kecil itu di antara mereka, anak kecil itu
memberikan al-qur`an kepada bukhari tanpa sedikitpun berbicara kepada bukhari,
lantas bukhari mengambil al-qur`an itu dan berterimakasih kepada anak kecil
itu.
Bukhari
sudah paham yang memberikan anak kecil itu dan menyuruh menghantarkan kepada
bukhari adalah gadis bangsawan itu, dengan penuh kekecewaan Bukhari menaruh
al-qur`an itu di dalam tasnya dan berlalu meninggalkan kampung itu. Hari demi
hari bayang hurairah tetap berada di ingatannya walaupun sekarang ia tidak
berada di dalam kampung itu lagi. Malam demi malam ia isi dengan solat
istikharah meminta petunjuk kepada Allah tapi tak juga ia menemukan petunjuk
dalam mimpinya, hatinya cemas karna hanya hurairah yang selalu ia pikirkan,
hingga pada suatu malam ia membuka al-qur`an yang telah di berikan oleh anak
kecil kepadanya dan setelah ia membuka ada secarik kertas kecil dalam lembaran
al-qur`an itu dan tertulis indah di atasnya, “ku akan menunggumu sampai kapanpun.... hurairah”. Tak di sangka
dak tak pernah ia menduga ternyata hurairah sedang menunggunya di seberang
pulau sana, hatinya begitu bersemangat ingin segera melamar hurairah sang
kekasih hatinya.
Hurairah
tak beranjak dari keyakinannya bahwa suatu hari nanti Bukhari sang kekasih hati
akan menjemputnya menjadi makmum sejati bukhari. Setiap hari dia berada di
dekat jendela yang mengarah pada gerbang rumahnya, tapi hari ini berbeda angin
pagi itu terasa menyejukkan hatinya, burung-burung berkicau dengan merdunya
pada ranting-ranting pohon. Tampak seorang yang tak asing bersam salah seorang
yang agak tua bersamanya berdiri di depan gerbangnya dan kini memasuki rumahnya,
Bukhari kekasih hati hurairah, Bukhari dan ayahnya mendatangi keluarga hurairah
karna ingin melamar hurairah dan ingin menikahi gadis bangsawan itu. Niat baik
bukhari di sambut hangat oleh keluarga gadis bangsawan itu. Penantian panjang
itu sudah berakhir dengan pertemuannya dan dalam ikatan cinta suci mereka,
surat bukhari yang di kirim dahulu di
berikan kepada hurairah dan hari itulah hurairah membaca surat bukhari di
saksikan semua keluarganya.
Inilah
kisah tajwid cinta yang tak sempat terekam oleh akal pikiran dan rasio manusia
karna kesuciannya tapi begitu jelas keyakinan akan cinta di hati mereka.
Keyakinan mereka mempertemukan mereka kembali dalam ikatan suci dia tak
mengenal kemudian melumui huungannya dengan dosa tapi mereka bertahta dalam
diam dan menyerahkan semuanya kepada Allah, kisah cinta suci mereka terhalang
penantian panjang dan kini ia bahagia karna bertemunya dengan kekasih hatinya.
0 komentar:
Posting Komentar